Pdt. Em. Saptojoadi dan Kegelisahan pada Cipta Lagu Rohani
Oleh: Suyito Basuki
Saat kami, delegasi Indonesia mengunjungi Universtas Amsterdam Belanda 14 September 2015 yang baru lalu, kami diajak oleh Alle Hoekema memasuki ruang perpustakaan yang menyediakan banyak sumber perihal menonitika.
Semua buku-buku sumber sejarah Gereja Injili di Indonesia (GITJ) ada di ruang itu. Kami hanya dijinkan membaca atau menjepret dengan kamera, tetapi tidak diijinkan untuk memfotokopi.
Di antara buku-buku yang kelihatannya sengaja dipajang terhampar di meja perpustakaan, saya menemukan sebuah diktat nyanyian rohani yang disusun oleh Pdt. Saptojoadi. Diktat nyanyian rohani itu berisi lagu-lagu rohani ciptaan Pdt. Em. Saptojoadi, S.Th, M.Pd. K.
Saya kemudian jadi teringat saat mengikuti ibadah Minggu 13 September di gereja mennonit di kota Haarlem, jemaat antara lain menyanyikan "Dhuh Pangeran" ciptaan Pdt. Saptojoadi.
Kami delegasi Indonesia diberi tugas untuk menyanyikan lagu itu dengan syair berbahasa Jawa, sedang jemaat menyanyikannya dengan syair bahasa Belanda.
Lagu "Dhuh Pangeran" selain masuk dalam buku himne pujian di Belanda, sebelumnya sudah masuk di Hymnal a Worship Book no. 15 dengan judul O Prince of peace terbitan Mennonite Publising House Scottdale, Pennsylvania 1992, yang digunakan sebagai buku pujian jemaat mennonit di Amerika dan Kanada. Dalam buku pujian gereja mennonit Voices Together yang terbit akhir Desember 2020, lagu "Dhuh Pangeran" di daftar pujian no. 555.
Saat Kidung Pasamuwan BMGJ yang bersampul batik itu direvisi, lagu "Dhuh Pangeran" itu dimasukkan dalam buku Kidung Pasamuwan Jawi (KPJ) metamorfosa dari buku Kidung Pasamuwan BMGJ, lagu itu menempati urutan angka ke-5.
Syair lagu yang menurut Saptojoadi telah direvisi itu berbunyi: Dhuh Pangeran ingkang maha suci/kula sami marek tetunggilan/ salir bangsa salumahing bumi/ amemuji mring asmane Gusti//Gusti tresna mring kula sadaya/ saking kilen miwah saking wetan/ sami nunggil klayan Sang pamarta/ Yesus Kristus kang dados panutan.