Lihat ke Halaman Asli

Suyatno

wirawiri

Komunikasi dan Konflik Orang Tua - Anak dalam Sebuah Keluarga

Diperbarui: 21 Mei 2022   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi merupakan sebuah sarana atau upaya untuk bertukar pikiran baik secara verbal maupun non verbal. Komunikasi bisa terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun sebaliknya. komunikasi keluarga adalah sebuah aktivitas yang pasti terjadi didalam lingkungan keluarga. Bisa dibayangkan apa jadinya jika sebuah keluarga hidup tanpa adanya komunikasi. Maka sepi senyaplah kehidupan keluarga tanpa senda gurau, kegiatan bercengkerama, berdialog, bertukar pikiran dan lain sebagainya. Didalam komunikasi setiap kata – kata, gerak tubuh (gesture), intonasi suara dan tindakan mengandung dan melahirkan harapan, image, ungkapan perasaan dan saling pengertian yang bersifat mengajarkan dan mempengaruhi.Sedangkan tujuan pokok komunikasi itu sendiri adalah untuk memelihara interaksi anggota keluarga yang satu dengan yang lainya sehingga terciptalah komikasi yang efektif. Komunikasi dalam keluarga juga dapat diartikan sebagai kesiapan mental untuk membicarakan secara terbuka setiap hal dalam keluarga, baik itu sesuatu hal yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Dari pengertian diatas bisa kita persempit lagi bahwa komunikasi dalam keluarga merupakan komunikasi antara suami dengan istri dan orang tua kepada anak-anaknya dalam segala hal sebagai sarana bertukar pikiran, menyosialisasikan nilai-nilai hidup orang tua kepada anak dan keluh kesah anak kepada orang tuanya. Bagi seorang anak, komunikasi dalam keluarga menjadi bekal pertama untuk ia bisa menempatkan dan memposisikan dirinya kelak dimasyarakat. Orang tua dalam sebuah keluarga akan menjadi figureatau sosok yang dicontoh bagi anak baik itu dari tutur kata, tingkah laku, sikap, pola berfikir dan lain sebagainya. Maka dari itu peran penting komunikasi dalam keluarga menjadi fundamental bagi anak untuk mempersiapkan moral sosial mereka sebelum hidup dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Konflik orang tua dan anak adalah bukti nyata tidak terjalinya komunikasi yang efektif dalam sebuah keluarga. Komunikasi sebagai sarana bertukar pikiran dan penyampaian keluh kesah antara anggota keluarga tidak terbangun dengan baik. Sumber utama konflik biasanya terjadi lantaran ketidak cocokan antara perspektif anak dengan perspekif orang tua. Melalui tulisan ini saya akan menyampaikan bahwa konflik yang terjadi antara orang tua terhadap anak terbagi menjadi dua masa yakni, konflik pada masa kanak-kanak, konflik pada masa remaja. Berikut ini adalah penjelesannya :

1. Konflik pada masa kanak-kanak

Konflik pada masa kanak-kanak akan kita mulai dari ketika bayi sudah dilahirkan dan sudah mengalami perkembangan. Salah satu permulaan konflik antara orang tua dan anak adalah ketika anak memasuki masa penyapihan (masa ketika anak sudah tidak lagi diberi ASI). Pada masa ini, sebenarnya anak masih menghendaki andil dari orang tua terhadap dirinya. Kualitas konflik orang tua dan anak pada masa ini dipengaruhi oleh kelekatan dan temperamen seorang anak. Konflik yang terjadi sehari hari dapat berupa ketidaksetujuan antara orang tua dan anak terhadap fakta-fakta. Selain itu dapat pula disebabkan oleh keterbatasan orang tua untuk menuruti dan memenuhi kebutuhan anak.

2. Konflik pada masa remaja

Pada umumnya masa remaja disebut sebagai masa nakal-nakalnya seorang anak dalam tahap perkembangan. Para psikolog memberikan lebel masa remaja sebagai masa storm and stress, untuk menggambarkan masa yang penuh gejolak dan tekanan.  Istilah storm and stress bermula dari psikolog Amerika yakni Stanley Hall, yang menganggap bahwa storm and stressmerupakan fenomena universal pada masa remaja dan bersifat normatif. Fenomena tersebut terjadi karena remaja menjalani proses evolusi menuju kedewasaan. Setelah memasuki masa dewasa, ibarat badai akan berlalu dan langit menjadi cerah kembali. Masa remaja merupakan arena pertarungan antara ide (hasrat untuk memnuhi kebutuhan seksual) dan super ego (tuntutan moral untuk memenuhi norma dan moral sosial). Gejolak yang dialami seseorang pada masa remaja merupakan refleksi konflik internal dan ketidakseimbangan psikis. Tendensi konflik orang tua dan anak lebih tinggi terjadi pada masa remaja. Faktor pola interaksi mungkin bisa lebih memprediksikan intensitas konflik. konflik orangtuadan anak biasanya meningkat dalam keluarga dengan kondisi penuh permusuhan dan menurun dalam keluarga yang hangat dan suportif.Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak akan menjadi mediasi ketika konflik terjadi. Cirri-ciri remaja dapat dilihat dari berbagai sudut pandang salah satunya dari segi psikis. Menurut Gayo, kenakalan remaja pada umumnya terjadi kisaran usia usia 12-20 tahu yang dibagi dalam tiga fase yaitu;

a) Adolensi dini

Pada fase ini preokupasi seksual meninggi yang tidak jarang menurunkan daya kreatif/ketekunan, mulai renggang dengan orang tuanya dan membentuk kelompok kawan atau sahabat karib,tinggah laku yang kadang kurang dapat dipertanggungjawabkan.

b) Adolensi tengah

Fase ini memiliki ciri umum hubungan dengan kawan dari lawan jenis mulai meningkat, pentingnya fantasi dan fanatisme terhadap berbagai aliran. Misalnya, mistik, musik, dan lain-lain. Menduduki tempat yang kuat dalam prioritasnya, politik dan kebudayaan mulai menyita perhatiannya sehingga kritik tidak jarang dilontarkan kepada keluarga dan masyarakat yang dianggap salah dan tidak benar. Seksualitas mulai tampak dalam ruang atau skala identifikasi, dan desploritas lebih terarah untuk meminta bantuan.

c) Adolensi akhir

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline