Lihat ke Halaman Asli

I Wayan Suyanta

Swadharma pada Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

Pendidikan Diri

Diperbarui: 24 Mei 2020   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika kumaknai kembali, hidup bukanlah hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis, atau kebutuhan material, atau bahkan kebutuhan emosional. Di sini dapat kita telisik pendidikan menggali diri sangat urgen dilakukan. Membangkitkan api dasar Panca Gni pada pembakaran sifat negatif sangat urgent dilakukan.

Olah kultivasi diri sebagai praksis pendidikan dilakukan suistanable. Pada nabi puser ini ditelisik pembakaran ini. Tujuannya apa? Ia paling tidak, sifat keserakahan (baca: anggapati), sifat kemarahan (baca: mrajapati), sifat arogansi (baca: banaspati), dan sifat pembunuh, (baca: banaspati raja) kita dapat tereliminasi. Sifat-sifat irasional ini didapatkan dari mengkonsumsi daging roh-roh binatang.

Tentunya ini adalah kodrat perjalanan hidup. Namun yang sering dilupakan adalah manusia tidak mengolah apa yang diberikan Alam Semesta dan Tuhan. Mengkonsumsi daging dan tumbuhan serta mengolahnya dalam kontemplasi adalah sebagai amal dan jasa umat kemanusiaan sebagai mahkluk tertinggi.

Filsafat iri; senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang adalah kendala dan batu besar yang mengganjal perjalanan keiklasan kita. Begitupun prinsip birokrasi yang lazim "kalau memang bisa dipersulit kenapa dipermudah?" Inipun pengejawantahan rasa tidak suka melihat masyarakat sejahtera, orang demikian diikuti oleh rasa cemburu berlebihan.

Dalam pendidikan diri sendiri terdapat Panca Brahma di hati hredaya. Berporos pada atma hening, sangkan paraning dumadi yang sudah mengemong kita, apakah perlu kita iri dengki? Cemburu tidak beralasan? Rasanya tidak. Kemudian kita akan menghadap pada jati diri. Menggali keluhuran kahyangan jagat diri. Pada windu panca brahma adalah visualisasi keheningan. Pemurnian itu ditimbulkan pada pengolahan energi.

Pancaka Tirtha pada ubun-ubun, membawa pada kesehatan rasa penambahan wawasan pengetahuan intelektual dan pengetahuan spiritual. Kesucian pancaka Tirtha, menetes dala seluruh aliran nadi tubuh. Mengapa orang tidak pernah belajar diri? Kemalasan? Ataukah tidak pernah mau tahu mengapa kita hidup?

Bangkitlah kawan dari kemalasan, mari kita songsong "kemerdekaan diri" dengan belajar. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline