Lihat ke Halaman Asli

Kenapa Ibu yang Kalian Salahkan?

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lama sudah tidak menulis di media sosial kompasiana. Masih dalam suasana idul fitri saya ucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin. Semoga semua amal ibadah kita diterima Allah SWT. Amin.

Sepeninggal ayah saya tahun 1998, kekacauan di keluarga saya sudah mulai terlihat. Mulai dari kakak pecandu narkoba, sedikit perubahan ekonomi keluarga hingga kejadian-kejadian yang tidak perlu dipublikasikan untuk konsumsi publik. Saya terlahir dari seorang rahim ibu yang sangat saya sayangi, bahkan ketika cobaan di setiap tahun mengarungi keluarga kami membuat saya memaknai apa arti kedewasaan dan kesabaran. Saya merupakan bungsu dari 4 bersaudara. Ibu saya adalah seorang wiraswasta yang menjual jasa dengan penghasilan cukup menghidupi 4 orang anak dan menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang S1. Di mata saudara-saudara, saya adalah seorang anak yang paling disayang dan anak yang diirikan oleh saudara yang lainnya. Namun mereka tidak pernah mengetahui bagaimana keadaan hati dan psikologis ibu saya ketika keluarga kami didera masalah. Mereka (saudara) masa bodo, egois, individualis, memarahi bahkan tak segan memaki ibu saya.

Saya adalah seorang muslim, berbagai literatur saya baca kenapa Islam sangat menjunjung tinggi seorang Ibu dibanding Ayah. Ketika seorang pemuda bertanya kepada Rasulullah SAW siapa yang berhak dia hormati di dunia ini, Rasulullah pun menjawab "Ibumu, Ibumu, Ibumu dan Ayahmu". Ada 3 alasan mengapa Rasulullah SAW menjawab Ibu sampai 3 kali ucapan. Yang pertama adalah seorang Ibu mengandung selama 9 bulan di kandungan yang tidak bisa dilakukan seorang ayah, yang kedua seorang Ibu melahirkan melebihi rasa sakit batas maksimal manusia yang tidak bisa dilakukan seorang ayah, ketiga seorang Ibu menyusui dan tidak bisa dinominalkan dengan uang ataupun harta benda lainnya apalagi digantikan oleh ayah jelas beliau tidak mampu. Maka dari itu Islam sangat menganjurkan Ibu adalah satu-satunya orang yang harus dihormati di dunia ini.

Namun hal tersebut sekaan tidak terbesit di dalam hati saudara-saudara (kakak-kakak) saya. Kenapa justru ketika ibu saya memberikan nasihat terkait pemilihan jodoh hidup mereka menuduh ibu saya, membentak mengancam bahkan memaki Ibu. Saya seakan teringat seorang ustad berkata "anak adalah manusia yang suci, maka anak tidak dapat disalahkan, ketika anak berbuat salah maka orang tuanya lah yang salah". Lalu apabila demikian kenapa Allah (Tuhan Kami) mengutuk setiap anak yang durhaka kepada orang tuanya? Meridhoi setiap Hamba -Nya apabila orang tua nya meridhoi.

Sungguh omong kosong ketika makian yang dikeluarkan kakak saya kepada Ibu saya dengan perkataan "Ibu lah yang membuat aku seperti ini". Bagaimana mungkin ketika larangan dan nasihat dijadikan senjata melalui lisan yang tak beradab mengucapkan perkataan hingga membuat air mata dan hati ibu saya menjadi sakit. Saudara saya menyalahkan terus menerus ibu saya setiap menasehati mereka, bahkan tak segan berkata "kenapa melahirkan saya, kenapa menyekolahkan saya, salah sendiri demikian". Istighfar dan takbir terucap dari lisan kami.

Silahkan kalian berlari menuju kesuksesan tanpa melihat siapa dibelakang kalian yang mendorong sehingga kalian mampu berlari dan terbang, jangan kau ingat berapa rupiah yang Ibu keluarkan tanpa berharap sepeserpun atas keringat yang kau keluarkan, berapa tenaga dan air mata yang beliau titihkan ketika beban hidup yang banyak kau keluhkan menerpa dirimu, bahkan bagaimana hancur hatinya ketika melihat anak-anaknya berperilaku seperti binatang.

Jangan pernah menyalahkan Ibu. Naluriah seorang Ibu tidak akan pernah hilang bahkan mati hingga ajal menjemputnya sekalipun. Hormatilah beliau selagi beliau masih bisa membimbingmu dan mengajakmu menuju kebaikan. Bukan harta apalagi nyawa yang beliau inginkan, namun penghormatan dan kasih sayang yang tulus ikhlas beliau harapkan. Semoga Ibu kami selalu sehat dan tegar menghadapi setiap tindakan bodoh dari saudara saya. Pintu maaf selalu ibu buka ketika kesalahan, kesalahan dan kesalahan berulang menjadi pemandangan yang dilakukan saudara saya.

"Bila pahala dan nyawa bisa ditukarkan dengan dosa dan beban hidup yang Ibu pikul, Aku Siap mati karena mu".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline