Datanglah seekor semut kecil, perlahan-lahan dicicipinya madu tersebut.
Hmmm... manis. Lalu dia beranjak hendak pergi.
Namun rasa manis madu sudah terlanjur memikat hatinya. Dia pun kembali untuk mencicipi lagi, sedikit saja. Setelah itu barulah dia akan pergi.
Namun, ternyata dia merasa tidak puas hanya mencicipi madu dari pinggir tetesannya.
Dia pikir, kenapa tidak sekalian saja masuk dan menceburkan diri agar bisa menikmati manisnya, lagi dan lagi.
Maka masuklah sang semut, tepat di tengah tetesan madu.
Ternyata? Badan mungilnya malah tenggelam penuh madu, kakinya lengket dengan tanah.
Dan... Tentu saja tak bisa bergerak.
Malang nian, dia terus seperti itu hingga akhir hayatnya. Mati dalam kubangan setetes madu.
Demikianlah analogi sederhana tentang dunia dan pecinta dunia, sebagaimana diperumpamakan dalam sebuah pepatah
"Hakikat apa-apa dari kenikmatan dunia melainkan bagai setetes besar dari madu.