Lihat ke Halaman Asli

Log Pembelajaran Terpadu

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

LOG PEMBELAJARAN TERPADU

Prolog

Pernahkah kita berpikir perkataan polos anak? Seringkali guru mendengar celoteh anak-anak jika guru tidak menyuruh anak membuka buku mata pelajaran tertentu terlebih dahulu. Ketika guru mulai memberikan materi pelajaran, ada anak yang bertanya, ”Bu, sekarang sih pelajaran apa ya?” Guru pun menjawab, ”Lho... sekarang jadwalnya apa? Bahasa Indonesia, kan?” Lucunya, hal ini sering terjadi pada kelas rendah. Apakah murid yang salah, belum paham perbedaan materi antar mata pelajaran? Ataukah guru yang salah, tidak menyebutkan mata pelajaran terlebih dahulu? Ataukah si penyusun jadwal mata pelajaran? Bukankah kita tahu kalau anak masih berpikir holistik tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui. Inilah bahan perenungan kita.

Uraian

Perkembangan anak terjadi dalam berbagai ranah perkembangan, baik ranah fisik, kognitif, sosial, maupun emosional yang berkembang secara terpadu, demikian pendapat Bredekamp (dalam Padmono:2010). Dalam hal berpikir, anak usia SD masih menggunakan cara berpikir konkret dengan membutuhkan benda-benda yang nyata dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, cara berpikir mereka masih holistik (menyeluruh) dari berbagai sudut pembelajaran. Anak berpikir universal atas pokok bahasan yang mereka pandang dan ingin mereka ketahui.

Secara umum, pembelajaran yang dilakukan guru masih menjadi penghalang bagi anak dalam berpikir kompleks, dengan adanya sekat-sekat dalam pembelajaran. Oleh karena itu, salah satu inovasi pembelajaran yang elok diterapkan guna memperbaiki kualitas pembelajaran yaitu pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu berpedoman pada pembelajaran yang berpusat pada anak, memberikan pengalaman bermakna, serta mengembangkan minat dan kebutuhan anak, dengan mengembangkan eksplorasi pikiran anak secara menyeluruh.

Sekat-sekat antar mata pelajaran tidak bagitu terasa dalam pembelajaran terpadu. Berbagai keterampilan berpikir anak menjadi padu dalam satu tema pembelajaran. Kreativitas guru dalam menyusun tema-tema pembelajaran sangat menentukan keberhasilan pembelajaran terpadu. Tema diharapkan dapat mengembangkan eksplorasi anak dalam menghubungkan konsep-konsep menjadi bermakna, berbasis peristiwa otentik, sesuai tingkat perkembangan psikologi anak, sesuai minat dan kebutuhan anak, menyesuaikan kurikulum yang berlaku, dan menyesuaikan sumber belajar yang tersedia.

Kesimpulan

Anak usia SD masih berpikir holistik tentang segala sesuatu, begitu juga dalam pembelajaran. Dengan pembelajaran terpadu, cara berpikir anak tidak dibatasi oleh sekat-sekat antar mata pelajaran. Anak bisa mengeksplorasi pikiran mereka tentang konsep bermakna dengan berbagai peristiwa otentik, sesuai dengan minat dan tingkat perkembangan mereka. Pembelajaran terpadu mengaitkan konsep-konsep antar mata pelajaran kedalam satu tema yang padu sehingga berbagai keterampilan berpikir dapat berkembang secara optimal.

Daftar Pustaka

Padmono, Y. 2010. Mencari Alternatif Pembelajaran. Kompasiana. Diakses dari http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/21/mencari-alternatif-pembelajaran/ pada tanggal 1 Oktober 2010.

Padmono, Y. 2010. Kenali Anak Sebelum Membelajarkan. Kompasiana. Diakses dari http://edukasi.kompasiana.com/2010/08/24/kenali-anak sebelum-membelajarkan/ pada tanggal 1 Oktober 2010.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline