Lihat ke Halaman Asli

Nasib Persis Solo, Tergantung Transparansi “Pemilik”

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Tulisan Amir Tohari (anggotaDewanPenasehatPasopati) yang berjudul “IndustrialisasiPersis Solo” padarubrik Gagasan (Solo Pos, Selasa, 11 Februari 2014) cukupmenarik, sekaligus “nylenthik” (Jawa). Kenapamenarik?KarenatematulisananggotaDewanPenasehatPasopati yang jugajurnalis senior Solo Postersebut, tergolongcukupmenyentuh ‘hati’ para penggemarsepak bola di Kota Solodansekitarnya. Betapatidak?Kota Solo dansekitarnyatergolongmemilikipenggemarsepakbola cukupkuat.SalahsatuindikatornyadapatdilihatdaribanyaknyaanggotaPasopati yang tersebar di sejumlahdaerahsekitar Kota Solo.Kenapa “Nylenthik”? Karena di tengahkuatnyapenggemarsepakbola tersebut, kondisiPersis Solo (PersatuanSepak Bola Indonesia Solo) sendiriternyatacukupmemprihatinkan, ibaratmatiseganhiduptakmau, seperti yang telahdijabarkan Amir Toharidalamtulisanberjudul “IndustrialisasiPersis Solo”.

Ironinya, di tengahduakondisi yang kontadiktiftersebut, Kota Solo (Stadion Manahan) seringdipercayaPersatuanSepakbolaSeluruh Indonesia (PSSI)sebagai“tuanrumah”sejumlahevent  sepakbola level nasionalatauinternasional.Akibatnya, Pasopatiterkesansepertisering“dipaksa” untukmenjadipenonton “tamu” di kandangnyasendiri(Stadion Manahan) karenaPersis Solo banyakabsendaripertandinganresmi PSSI di level atas.

“Kebekuan” di Tengah NamaBesarSejarah

Tahunlalu, ketikakondisiPersis Solo yang seringdikeluhkancukupmemprihatinkan, penulissudahberusahamengontaksejumlahtokohyang terkaiteratdenganpengelolaanPersis Solo.Meskisudahmencobamengontakmelaluitelepondan media social, upayapenulisuntukmendiskusikankondisiPersis Solo tersebutrupanyakurangmendapatresponpositif.Mungkinsaja para tokohPersis Solo yang dihubungipenulisituterlalusibukdengankegiatanpubliclainnyayang cukuppadathinggataksempatmembahassepak bola lagi.Namun, yang memperihatinkan, salahsatumantantokohPasopatisendiri, ketikadihubungipenulisterkesansudahengganbicarasoalPersis Solo, seolahsudahangkattanganterkaitpeliknyapersoalan yang dihadapiPersis Solo.

Kalau para elitpemangkukepentinganhanyabersikap “cuek”, bolehjadiPersis Solo dapatterancam “matisuri” selamanyakarenadibiarkan “membeku” bergelutdenganpersoalanpeliknyatanpaadasolusi.Kondisiinijelassangatkontradiksidenganbesarnyasemangat para penggemarsepak bola, utamanyaPasopati, yang cukuprinduakankehadirankesebelasanlokal di level ataskompetisisepak bola nasional.Padahal, jikamelihatsejarahsepak bola Indonesia di masa lalu, Persis Solo bukantermasukkesebelasanantarkampung, melainkantergolongkesebelasanpapanatasyang cukupdiperhitungkanpadaawalpendirian PSSI.

Dalamsejarahpendirianklubsepak bola di Indonesia, Persis Solo jugatermasukpelopornya.Bahkan, Persis Solo – yang awalnyabernamaVorstenlandscheVoetbal Bond (VVB) –sudahberdirisejaktahun 1923 sebelum PSSI dibentuk.Padaawalpendirian PSSI, Persis Solo mamputampildominansebagaijuaraligaperserikatansebanyaktujuh kali (1935, 1936,1939, 1940, 1942, 1943, 1948). Setelahtenggelamcukup lama, Persis Solo sempatbangkitlagikeDivisiUtama PSSI musimkompetisi 2006/2007.Namunbelakangan, namaPersis Solo semakintenggelamlagi. Walauhalitutaklepasdaripengaruhpeliknyakonflik internal di tubuh PSSI (yang sempatdiwarnailigaganda),factorlemahnyapengelolaanPersis SolotampaknyapunyaandilbesardalamgagalnyamenjagaeksistensiataunamabesarPersis Solo.

MenungguTransparansi “Pemilik” Persis Solo

Karenaitu, tulisan Amir Tohari yang berjudul “IndustrialisasiPersis Solo” terasacukupmelecutkankesadaranbaru. Paling tidak, Amir Toharitelahmencobamencairkanpersoalanyang selamainimembelitPersis Solo. Tidakhanyaitu, tulisan Amir Toharitersebut, meskitidaksecaraeksplisit,jugamemuat “tantangan” untukmenjunjungprinsiptransparansi, khususnyadalampengelolaanPersis Solo.Persoalannyaadalah; sanggupkahpara “pemilik” Persis Solo segeramembukadiridanbersikaplebihtransparanuntukmenguraikanpermasalahanpelik yang membelitPersis Solo?Semogasaja, tulisan Amir Tohari yang berjudul “IndustrialisasiPersis Solo” segeramendapatresponpositifdari para “pemilik” Persis Solo hinggaterjadi dialog terbuka demi “penyelamatan” Persis Solo.

Yang jelas, pendapatAmir Toharitidakkelirubahwasetujutidaksetuju, siapatautidaksiap,industrialisasiPersis Solo harusberjalan.Penulissangatsepakatbahwanegara (dalamhaliniPemerintah Kota Solo)sebaiknyalebihberkonsentrasipadapeningkatanpelayananpublik (pendidikan, kesehatandll).Sedanguntukurusansepak bola, khususnyapengelolaanPersis Solo, alangkahbaiknyajikadiserahkankepada para professional yang berkompetendalammengelolasepak bola.Dengan kata lain, perlulembagaberbadanhukum yang diberiwewenangmengelolaPersis Solo secara professional.

Dari sisikeuangan, kapasitasfiskal APBD Pemerintah Kota Solo cukupsulituntukmemenuhibiayapengelolaanPersis Solo yang cukupbesar.Padahal, APBD Solo sudahbanyak yang terserapuntukmemenuhibelanjapegawaidanupayapeningkatanpelayananpublik di Kota Solo sendirimasihmemerlukandana APBD sangatbesar. Sementaradarisisiregulasi, pengelolaanPersis Solo tidakmemungkinkanmenggunakan APBD lagi.Untukitu, tidakpilihan lain lagi, kecualimenyerahkanpengelolaanPersis Solo kepadalembagaberbadanhukum yang berkompetenmengelolaklubsepak bola secara professional.Pertanyaanyangtimbulkemudianadalah; lembagaapa yang akandiberiwewenangmengelolaPersis Solo?

BerpotensiMenjadi BUMD atauKoperasiMenguntungkan

Menurut Amir Tohari, badanhukum yang layakmengelolaPersis Solo adadua, yakniperseroanterbatas (PT) dankoperasi.Namun Amir Toharilebihsepakatmenggunakan model cooperativeataukoperasi, sebagaimanadilakukansejumlahklubsepak bola profesional di Spanyol.Penulissepakatdenganpendapat Amir Toharitersebutkarena model koperasisangatsesuaidengan UUD 1945 yang lebihmengedepankansemangatgotongroyong.Sebab, jikadikelolaolehbadanhokumberbentuk PT terkesanterlalu liberal.Kalau para “pemilik” Persis Solo bersediasegeramembukadiri, bolehjadipersoalanpelik yang membelitPersis Solo (terutamakeuangan) akandapatsegeraditemukansolusinyadenganmengacugagasan yang ditawarkan Amir Toharidalamtulisanberjudul “IndustrialisasiPersis Solo”.

SeandainyasajapengelolaanPersis Solo dilakukansecara professionalolehBadan Usaha Milik Daerah (BUMD) berbadanhukumkoperasi, Persis Solo masihpunyapeluanguntuktumbuhmenjadilembagausaha yang mampumemberikan profit kepadaPemerintah Kota Solo maupunklubanggotaPersis Solo.Bagipenulis, apakahPersis Solo akandikelolasecara professional olehlembaga BUMD ataulembagakoperasimurni, bukanmenjadipersoalanpenting. Yang paling pentingadalah, ada-tidaknyakemauandari para “pemilik” untukbersikaptransparandalampengelolaanPersis Solo.

Betulapa yang dikatakan Amir Tohari, maju-tidaknyaPersis Solo nantisangattergantungdarikemauanmereka yang merasamenjadi “pemilik” Persis Solo. Jikamerekasegerabersediamembukadiri,bersikaptransparandanmauberdiskusibersamauntukmenentukanmengenai model pengelolaanPersis Solo, para penggemarsepak bola di Kota Solo dansekitarnyapastiakanbanyak yang siapmendukung. Yang jelas, sudahadacontohnyatadariFC Barcelona bahwalembagakoperasimampumembawaklubSpanyoltersebuttampilsuksessebagaikesebelasankuatdarisisiprestasidankeuangan.

Namun, kalaudi antaraunsur“pemilik” Persis Solo adayang bersikapegoisdanmerasa paling berkuasa,bukantakmungkinPersis Solo akantetapterbonsaiolehbelitanpersoalaninternalnya. SementaraPasopatiakanselalu “dipaksa” menjadipenonton “tamu” di kandangnyasendirikarenaPersis Solo selaluabsendarikompetisiPSSI di level atas.Semogasaja, tulisaninidapatmenjadiinspirasibagipara “pemilik” Persis Solo untukmelakukandialog terbuka demi “penyelamatan” Persis Solo. [***]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline