Materialitas menurut Alrins A Arens dkk, adalah sebagai suatu pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Sedangkan menurut FASB 2, materialitas didefinisikan sebagai “besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut mungkin atau berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
- Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pertimbangan
- Menetapkan Pertimbangan Pendahuluan Materialitas
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas menurut SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Meskipun merupakan pendapat profesional, hal diatas mungkin dapat berubah selama penugasan. Pertimbangan ini harus didokumentasikan.
Pertimbangan tentang materilitas yang direvisi, adalah perubahan pertimbangan pendahuluan tentang materilaitas yang dialakukan auditor selama melaksanakan audit. Auditor melakukan revisi karena adanya perubahan dalam salah satu faktor yang digunakan untuk mempertimbangkan pendahuluan, karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.
Beberapa faktor akan mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu. Faktor – faktor itu antara lain:
- Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut.
Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi dapat saja tidak material bagi perusahaan besar.
- Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas.
Karena materialitas bersifat relatif, diperlukan dasar untuk menentukan apakah salah saji itu material.
- Faktor – faktor kualitatif.
Jenis salah saji tertentu mungkin lebih penting bagi para pemakai dibandingkan salah saji lainnya, sekalipun nilai dolarnya sama.
- Mengalokasikan Pertimbangan Pendahuluan tentang Materialitas ke Segmen – Segmen (Salah Saji yang Dapat Ditolerinsi)
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Jika auditor memiliki pertimbangan, maka akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan.
Salah saji yang dapat ditoleransi menurut SAS 107 (AU 312) terjadi ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu.
- Etimasi Salah Saji dan Perbandingan dengan Pertimbangan Pendahuluan
- Salah saji yang diketahui, adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan oleh auditor.
- Salah saji yang mungkin, terbagi menjadi dua macam. Pertama adalah salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang estimasi saldo akun. Kedua adalah proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.
- Perhitungan langsung estimasi salah saji, dapat dihitung dengan cara salah saji dalam sampel dibagi dengan total sampel dan dikalikan dengan total populasi yang tercatat.
- Estimasi kesalahan sampling, timbul karena auditor hanya mengambil sampel dari sebagian populasi dan ada resiko bahwa sampel itu tidak secara akurat mewakili populasi.
- Resiko
Resiko adalah ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi audit. Auditor menangani resiko dalam merencankan pengumpulan bukti audit terutama dengan menerapkan model resiko audit. Model ini bersumber pada SAS 110 (AU 350) tentang sampling audit serta dalam SAS 107 (AU 312) tentang materialitas dan resiko. Model resiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti apa yang harus dikumpulkan dalam setiap siklusnya. Model ini dinyatakan sebagai: