Lihat ke Halaman Asli

Audit Kecurangan

Diperbarui: 11 Desember 2015   13:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Audit Kecurangan

Kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam konteks audit laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan keuangan yang disengaja.

  1. Jenis – jenis Kecurangan Audit

Kategori kecurangan audit atas laporan keuangan terbagi menjadi dua, yaitu pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan aktiva.

  1. Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabain jumlah jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan tersebut.
  2. Penyalahgunaan aktiva adalah kecurangan yang melibatkan pencurian aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan seringkali mengkhawatirkan manajemen, tanpa memperhatikan materialitas jumlah yang terkait, karena pencurian bernilai kecil menggunung seiring dengan berjalannya waktu.
  3. Sebab – sebab Kecurangan

Segitiga kecurangan atau biasa disebut dengan fraud triangle yang diuraikan dalam SAS 99 (AU 316) adalah sebagai berikut:

  1. Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan melakukan kecurangan.
  2. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan kecurangan.
  3. Sikap/rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkain nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka maerasionalisasi tindakan yang tidak jujur.
  4. Menilai Resiko Kecurangan

SAS 99 meberikan pedoman bagi auditor dalam menilai resiko kecurangan. Auditor harus mempertahankan tingkat skeptisme profesional auditor atau bisa disebut juga dengan tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan kejujuran absolut. Skeptisme profesional itu antara lain:

  1. Pikiran yang selalu mempertanyakan. SAS 99 menekankan agar mempertimbangkan kerentanan klien terhadap kecurangan, tanpa mempedulikan bagimana keyakinan auditor tentang kemungkinan kecurangan serta kejujuran dan integritas manajemen.
  2. Evaluasi kritis atas bukti audit. Yakni mengungkapkan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan bahwa kemungkinan telah terjadi salah saji yang material akibat kecurangan, auditor harus menyelidiki permasalahannya secara mendalam, untuk memperoleh bukti tambahan sabagaimana yang diperlukan, dan berkonsultasi dengan anggota tim lainnya.
  3. Komunikasi diantara tim audit. SAS 99 mewajibkan tim audit mengadakan diskusi untuk berbagai wawasan diantara anggota tim audit yang lebih berpengalaman serta berbagi pendapat.
  4. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen. SAS 99 mengharuskan auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang kecurangan dalam setiap audit.
  5. Faktor – faktor. SAS 99 mengharuskan auditor mengevaluasi apakah faktor-faktor resiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan, kesempatan untuk berbuat curang, atau sikap rasionalisasi yang digunakan untuk membenarkan tindakan yang curag.
  6. Prosedur analitis. Auditor harus melaksanakan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan penyelesaian audit untuk membantu mengidentifikasi transaksi peristiwa tidak biasa yang mungkin mengindikasikan adanya salah saji yang material dalam laporan keuangan.
  7. Informasi lain. Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam setiap tahap atau bagian audit ketika menilai resiko kecurangan.
  8. Pengawasan Tata Kelola Korporasi Untuk Mengurangi Resiko Kecurangan

Berikut adalah bebrapa cara untuk mengurangi resiko kecurangan:

  1. Menetapkan tone at the top.
  2. Menciptakan lingkungan kerja yang positif.
  3. Memperkerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat.
  4. Mengidentifikasi dan mengukur resiko kecurangan.
  5. Mengurangi resiko kecurangan.
  6. Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan.
  7. Respons Resiko Kecurangan

Manajemen sudah mempunyai program yang dirancang untuk mencegah, menghalangi dan mendeteksi kecurangan, serta pengendalian yang dirancang untuk mencegah, menghalangi, dan mendeteksi kecurangan, serta pegendalian yang dirancang untuk mengurangi resiko resiko kecurangan yang spesifik. Respons auditor terhadap resiko kecurangan meliputi hal-hal berikut:

  1. Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan.
  2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani resiko kecurangan.
  3. Meracang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian oleh manajemen.
  4. Bidang Resiko Kecurangan yang Spesifik
  5. Resiko pelaporan keuangan yang curang atas pendapatan. Sebagai konsekuensi dari seringnya kecurangan dalam pelaporan keuangan yang melibatkan pengakuan pendapatan.
  6. Tanda – tanda peringatan kecurangan pendapatan. Dua diantara tanda yang paling bermanfaat dalam hal peringatan kecurangan pendapatan adalah prosedur analitis dan perbedaan dokumenter.
  7. Penyalahgunaan penerimaan yang melibatkan pendapatan. Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelaporan pendapatan yang curang, kecurangan semacam ini bisa berdampak buruk terhadap organisasi karena aktiva langsung hilang.
  8. Kelalain mencatat penjualan. Salah satu kecurangan yang paling sulit dideteksi adalah apabila penjualan tidak dicatat dan kas dari penjualan itu dicuri.
  9. Pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat. Jika pembayaran dari seorang pelanggan dicuri, penagihan berkala atas rekening yang belum dibayar akan dengan
  10. Resiko pelaporan keuangan yang curang untuk persediaan. Persediaan fiktif telah menjadi pusat dari bebarapa kasus besar pelaporan keuangan yang curang.
  11. Tanda – tanda peringatan kecurangan persediaan. Serupa dengan penipuan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan atau gejala yang berpotensi menunjukkan kecurangan persediaan.
  12. Resiko pelaporan keuangan yang curang untuk untuk utang usaha. Perusahaan mungkin melakukan upaya yang disengaja untuk merendah sajikan utang usaha dan melebih sajikan laba.
  13. Penyalahgunaan dalam siklus akuisisi dan pembayaran. Kecurangan dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif.
  14. Aktiva tetap. Aktiva tetap sebagai akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, seringkali didsarakan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif.
  15. Beban penggajian. Penggajian jarang menjadi beban yang signifikan bagi pelaporan keuangan yang curang. Tetapi, perusahaan mungkin saja melebihsajikan persediaan dan laba bersih dengan mencatat biaya tenaga kerja berlebih dalam persediaan.
  16. Tanggung jawab bila auditor dicurigai ada kecurangan.

Apabila dicurigai ada kecurangan, auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk menentukan apakah kecurangan itu memang ada. Untuk mengumpulkan informasi tambahan auditor bisa memperolehnya dengan cara mengajukan pertanyaan. Berikut ini teknis – teknis pengajuan pertanyaan:

  1. Pertanyaan informasial. Biasanya auditor menginginkan informasi dari narasumber mengenai peristiwa atau proses dimasa lalu atau yang sedang berjalan saat ini.
  2. Pertanyaan penilaian. Untuk menguatkan atau menyangkal informasi sebelumnya.
  3. Pertanyaan interogatif. Digunakan untuk memastikan apakah setiap individu berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan pengetahuan yang penting tentang fakta, peristiwa, atau situasi penting, terutama bila auditor curiga narasumber sedang mengelabui atau menyembunyikan informasi.
  4. Evaluasi respons atas pengajuan pertanyaan. Agar informasi yang dibutuhkan didapatkan secara efektif.
  5. Teknik menyimak. Auditor harus terus memperhatikan dengan mempertahankan kontak mata, mengangguk sebagai tanda setuju, atau memperlihatakan tanda-tanda pemahaman lain.
  6. Mengamati petunjuk perikalu. Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan petanyaan akan mengevaluasi petunjuk lisan dan non lisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai.

Source: Alvin A. Arens, Randal J. Elder, Mark S. Beasley., Auditing dan Jasa Assurance : pendekatan integrasi jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta. 2008




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline