Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Joker dan Legitimasi Kejahatan

Diperbarui: 9 Oktober 2019   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster Film Joker (DC Comics, 2019)

Barangsiapa, setelah menonton film Joker (2019) tentunya, menyebut Joker (diperankan Joaquin Phoenix) sebagai penjahat yang pantas dihukum, maka coba pikirkan lagi.

Dikisahkan, di kota fiktif bernama Gotham lahirlah seorang anak manusia bernama Arthur Fleck dari seorang ibu bernama Penny Fleck (diperankan Frances Conroy).

Arthur Fleck tumbuh di lingkungan yang sakit: kota Gotham yang gelap dan dingin; kemiskinan; ibunya yang delusional; dan pacar ibunya yang gerantangan kerap melakukan kekerasan fisik.

Arthur kecil dan ibunya sering disiksa. Sampai-sampai syaraf otak Arthur rusak parah. Tulang rusuk serta bahunya rusak, melengkung. Kerusakan syaraf otak dan tulang Arthur menjejak hingga ia dewasa.

Karena kerusakan syaraf itu, Arthur acap kali tak bisa mengontrol tertawa saat jiwanya tertekan, selain menjadikan Arthur sosok yang delusional seperti ibunya. Pada beberapa adegan saat Arthur dewasa buka baju, terlihat jelas tubuh Arthur yang pucat dan kurus dengan tulang bahu melengkung.

Karena kerusakan syaraf dan tekanan mental sejak kecil, Arthur bergantung pada obat-obatan yang diberi gratis oleh dinas sosial setempat yang disubsidi pemerintah.

Dalam kepahitan hidup demikianlah Arthur kecil tumbuh hingga dewasa dengan obsesi menjadi pelawak, orang yang membawa tawa dan kebahagiaan bagi orang lain, padahal dirinya jauh dari kesan lucu dan bahagia. Sungguh kontradiksi karakter penokohan yang jenius dan getir secara bersamaan.

Pada suatu hari, yang tak disebutkan hari apa, Arthur memakai riasan dan topeng badut, sedang beraksi promosikan suatu produk dengan papan unjuk iklan, di atas trotoar kota Gotham. Saat itulah beberapa remaja berandalan menepis papan iklan itu dan terjatuh, lalu papan tersebut dibawa lari oleh para remaja badung itu. Adegan kejar-kejaran pun terjadi.

Sampai di suatu lorong kota yang gelap, sepi dan kotor, Arthur terjengkang dihajar papan iklan yang diayunkan remaja berandalan tadi. Belum cukup, Arthur dipukuli, ditendang, dan diinjak-injak seolah binatang yang baru memakan anak kecil. Bisakah kau bayangkan perut kempis dan lapar itu ditendang berkali-kali? Perih, lebih-lebih dijiwa.

Karena kejadian itu, Arthur takut masuk kerja, dan dipecat dengan tuduhan: menghilangkan papan iklan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline