Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Siapa Mampu Benahi Pasar Raya Padang?

Diperbarui: 8 Januari 2018   10:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Minggu lalu saya mengantar istri berbelanja ke Pasar Raya Padang, pasar rakyat terbesar di Sumatera bagian tengah. Aktivitas biasa yang saya lakukan kapan saja sempat sejak bertahun-tahun lalu.

Mobil saya masuk dari arah Jalan Proklamasi, lurus lewat bundaran lampu merah, lewat depan eks kantor wali kota lama, belok kiri, lalu masuk bundaran depan masjid Taqwa Muhammadiyah, belok kanan dan mulailah kami masuk jantung Pasar Raya Padang yang sesak dan menyesakkan dada.

Waktu itu mobil beringsut seperti siput. Suasana di jalan hiruk pikuk. Mobil dan motor parkir sembarangan di badan jalan. Lapak-lapak pedagang kaki lima berjejalan di badan jalan, menutupi trotoar dan badan jalan. Sementara teriakan para pedagang saling berbenturan satu sama lain bersimfoni sumbang dengan suara klakson kendaraan yang tak peduli. Intinya: semerawut dan kamipun hampir semaput.

Saya mencoba mencari tempat parkir. Pertama celingak-celinguk di depan eks mal Matahari, tapi tak ada ruang kosong, bahkan sampai ke badan jalan sudah penuh dua baris kendaraan parkir, tinggal menyisakan ruang pas-pasan untuk satu mobil lewat.

Dokumentasi Pribadi

Di bundaran depan masjid Taqwa, saya putuskan belok kanan. Celingak-celinguk lagi. Siapa tahu ada ruang kosong untuk memarkir kendaraan. Suatu waktu di masa lalu saya biasa parkir di depan toko emas Murni, tapi kali ini tak bisa, semua lahan parkir sudah diokupasi pedagang kaki lima.

Seorang ibu pedagang buah, yang berlapak di badan jalan, nampak terkantuk-kantuk menunggu pembeli. Seorang pria muda, saya duga masih bujangan, melambai-lambaikan celana dagangannya di kanan jalan, tepatnya di badan jalan.

Kendaraan terus beringsut bak siput di tengah lalu lalang pengunjung. Sampai di persimpangan, rasanya saya mau belok kiri, ke Blok A, karena di sinilah tujuan kami, tapi takut terjebak nanti sulit keluar, akhirnya saya batalkan. Kendaraan terus melaju pelan.

Setelah menurunkan istri yang bermaksud ke Blok A, saya belum juga dapat tempat parkir. Tak ayal mobil pun akhirnya masuk jalan Permindo, sebuah ruas jalan yang tak kalah hiruk pikuk, dan gersang, karena pohon-pohon besar berusia puluhan tahun telah ditebang tanpa sisa untuk sebuah proyek polesan. Sampai di sini pun saya masih juga belum dapat tempat parkir.

Nasib mujur, akhirnya saya dapat tempat parkir di pertengahan jalan Permindo, persis di depan toko mas Sumatera. Saya tidak turun dari kendaraan. Menunggu.

Dokumentasi Pribadi

Dari jendela mobil sebelah kiri, saya memandang ke arah toko buku Sariangrek. Di depannya berjejer payung terbang!

Saya diam saja di dalam kendaraan, mendengar musik, dan berpikir. Mengapa penguasa kota nampak begitu sulit membenahi Pasar Raya Padang? Ah, mungkin memang benar-benar sulit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline