Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Polusi Sampah, Ironi Kaum Beriman

Diperbarui: 12 Maret 2018   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah menggunung di pantai Padang, Kamis (30/11/2017) lalu (Dok Pribadi)

Polusi sampah di darat dan di laut merupakan ironi kaum beriman. Betapa tidak, pada satu sisi orang-orang mengakui kebersihan sebagian dari iman, akan tetapi membuang sampah sembarangan ke sungai, itu disebut apa coba? Sampah-sampah itu lantas hanyut hingga ke laut menjadi sampah laut.

Di pantai Padang saja ada puluhan hingga ratusan ton sampah mengotori pantai dan laut setiap kali banjir besar. Sampah-sampah itu berasal dari darat, dari sampah-sampah yang dibuang ke sungai-sungai di sekitar kota Padang. Para pembuang sampah itu adalah orang yang mengaku beriman, setidaknya ada agama di kolom KTP nya.

Bukankah sebuah ironi, sebuah daerah yang memiliki adagium adat basandi syara' tapi sampahnya berserak-serak? Bila syara' mengatakan 'kebersihan sebagian dari iman', terlepas kesahihan sumbernya, namun secara substansi adalah baik, harusnya ajaran ini terwujud dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak heran Indonesia menyumbang 3,2 juta ton sampah laut dari 12,7 juta ton sampah laut dunia. Dengan jumlah itu, Indonesia menduduki peringkat kedua penyumbang sampah laut terbesar di dunia setelah Tiongkok. Ini sebuah ironi memalukan, negara maritim tapi merusak lautan.

Baca juga: Menuju Lautku Bebas Sampah: Siklus Lautan Sampah di Pandai Padang Ini Kapan Berakhir?

Sudah saatnya persoalan sampah, yang telah menjadi isu dunia internasional, ini, dibongkar hingga ke akar sosio-religiusnya. Polusi sampah dipandang tidak sekedar praktik menyimpang, tapi juga perwujudan inkonsistensi dalam beragama.

Inilah saat pembuktian. Sebagai daerah yang penduduknya dikenal religius, beradat dan berbudi pekerti luhur, Sumatera Barat khususnya Kota Padang dapat menjadi pionir mewujudkan Indonesia Bebas Sampah 2020 sesuai program pemerintah.

Sumatera Barat bebas dari sampah darat dan laut bukan saja karena dorongan pemerintah, tetapi juga didasarkan pada kesadaran terdalam dari ajaran agama dan adat,bahwa kebersihan sebagian dari iman. Bahwa membuang sampah adalah tanda orang tak beriman.

Agar polusi sampah tidak menjadi ironi kaum beriman, sudah saatnya sampah menjadi perhatian serius pertama-tama di tingkat individu sejak dari kecil, lalu meningkat di keluarga, lingkungan bertetangga, hingga lingkup daerah dan nasional.

Perang melawan sampah tidak hanya perangnya pemerintah melalui dinas kebersihan, tapi juga, melansir jargon SBY: "this is my war". Inilah perang tiap orang melawan sampah, perang yang distimulan dari alasan-alasan yang bersifat pragmatis, rasional dan agama sekaligus. 

Jihad melawan sampah ini kelihatan kecil tapi kongkrit dan berdampak luas. Kalau tidak percaya tanya saja pak haji.(*)

SUTOMO PAGUCI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline