Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Mengapa Aku Mencintai Karya-karya Penulis Indonesia?

Diperbarui: 11 September 2017   09:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai pembaca setia karya-karya penulis Indonesia, tentu saya berharap para penulis pro tak rame-rame mengikuti jejak Tere Liye yang menarik 21 bukunya dari penerbit sebagai bentuk protes terkait pajak penulis.

Apa yang dilakukan Tere Liye dapat dimaklumi, apalagi setelah saya membaca artikel Dee Lestari di blognya. Namun rasanya tak perlulah menjadi gerakan boikot massal.

Jika perjuangan penulis pro seperti Tere Liye, Dee Lestari dll kelak berhasil, pajak penulis ditinjau ulang, dan kesejahteraan penulis makin baik, harapannya karya penulis Indonesia makin berjaya.

Mungkin benar bahwa gempuran karya-karya penulis asing di Indonesia sangat dahsyat. Novel-novel best seller penulis asing terlalu menggoda untuk dilewatkan. Demikian pula buku-buku ilmiah penulis asing, baik masih berbahasa asing terutama Inggris maupun terjemahan, masih jadi rujukan penting ditengah sedikitnya karya berkualitas asli Indonesia.

Namun demikian, tetap saja karya-karya penulis Indonesia menempati ruang khusus di hati dan budaya literasi orang Indonesia.

Bagi saya pribadi, buku-buku karya penulis Indonesia, baik novel fiksi maupun ilmiah, terasa lebih memiliki faktor "kedekatan" dibandingkan penulis asing. 

Kedekatan antara pembaca dan buku yang dibacanya antara lain karena faktor bahasa dan latar budaya. Kesamaan bahasa dan budaya memiliki pengaruhi yang luar biasa untuk melahirkan kedekatan di alam pikiran.

Walaupun sudah membaca novel terbaik penulis asing, seperti John Steinbeck (The Grapes of Wrath, 1939), Ernest Hemingway (The Old Man and The Sea, 1951), atau peraih Nobel Sastra 2006 Orhan Pamuk (Kar, 2002), tetap saja saya lebih menyukai karya-karya Mochtar Lubis seperti Harimau! Harimau!

Walaupun karya penulis-penulis asing di atas memiliki pesan moral yang universal sifatnya, akan tetapi latar geografis, budaya, politik dll di karya memberi "jarak" dengan alam pikir orang Indonesia seperti saya.

Jangan kawatir, karya penulis pro Indonesia akan tetap jadi tuan rumah di negeri sendiri, di dalam hati orang-orang Indonesia.(*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline