Gunung Kerinci menjadi salah satu gunung yang akan rutin kudaki setidaknya setahun sekali. Selalu ada alasan untuk mendaki gunung ini.
Sebagai gunung berapi (vulcano) berketinggian 3.810 mdpl di GPS saya (data lain 3.805 mdpl), gunung Kerinci sangat legendaris.
Gunung ini menempati dua kategori tertinggi sekaligus: gunung tertinggi di pulau Sumatera dan gunung berapi tertinggi di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Wow!
Puncak Carstensz Pyramid di Papua memang tertinggi di Indonesia, tapi gunung ini tidak berapi. Berbeda dengan gunung Kerinci yang selalu aktif sepanjang tahun.
Ada nuansa superior dari puncak gunung Kerinci. Kawahnya besar, dalam dan kadang gemuruh. Di titik tertinggi dapat melihat seluruh pulau Sumatera, terutama saat cuaca cerah.
Terasa sangat tinggi sekali untuk ukuran gunung berapi di Indonesia. Jika angin kencang serasa badan mau terbang di puncak tertinggi yang areanya tak terlalu luas.
Treknya serasa candu. Panjang dan berat. Jalurnya to the point, sangat efisien, tegak lurus dan anti bertele-tele. Pengalaman saya, treknya lebih berat dibanding gunung Latimojong.
Butuh setidaknya 12 jam berjalan santai dari titik awal pendakian hingga sampai puncak. Lebih cepat dari itu bisa saja, tapi kurang terasa nikmat di perjalanan.
Dari pintu rimba akan bertemu tiga buah pos dan tiga buah shelter. Etape terberat dari Shelter 2 ke Shelter 3. Etape terpanjang dari Shelter 1 ke Shelter 2.
Trek dari Shelter 2 ke Shelter 3 berupa gorong-gorong yang dalam, terjal dan licin. Tiada duanya di Indonesia. Selalu bikin kangen untuk melaluinya.
Semua ada di trek Kerinci: hutan lebat, jalan tanah licin, hutan sub-alpin, trek berpasir, dan trek berbatu. Komplit. Susah loh mencari trek selengkap ini. Sueeger tenan rek.