Jika tidak ada aral melintang, hari Senin (4/7/2016), sore ini, hingga Rabu (6/7/2016), Presiden Jokowi akan mengunjungi Padang.
Di Padang, presiden akan merayakan hari terakhir Ramadan dan hari raya Idulfitri. Selasa (5/7) beliau akan membagikan sembako di beberapa titik di Kota Padang. Rabu (6/7) solat Idulfitri di masjid Raya Sumbar.
Atas rencana kunjungan presiden tsb, Walikota Padang Mahyeldi, kepada media, menyebut Presiden sebagai TAMU di Kota Padang dan berharap warga menjadikannya sebagai ladang amal.
Sontak pernyataan Walikota Padang asal PKS tsb menuai kecaman luas dan menyebar di media sosial.
Pada intinya, sungguh tak bertata krama dan tak paham tata negara seorang walikota berani-beraninya menyebut presiden sebagai tamu di wilayah NKRI.
Presiden adalah kepala negara dan kepala pemerintahan RI bukanlah tamu di wilayah NKRI yang dipimpinnya. Sebagai pemimpin beliau mengunjungi dan menyapa warga di wilayah NKRI bahkan pada semua warganya di seluruh dunia.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berkunjung ke Padang baru layak disebut tamu.
Sebagai pemimpin, Pak Jokowi telah menunjukan kasih sayang dan pengayoman pada semua daerah dan warga Indonesia, terlepas mayoritas tidak memilihnya pada pilpres lalu.
76,9 % pemilih di Sumbar tidak memilih Jokowi-JK, bahkan sekalipun istri JK asli Sumbar. Namun sejak menjabat Jokowi telah tiga kali mengunjungi Sumbar. Ini luar biasa. Belum lagi gelontoran dana infrastruktur buat Sumbar.
Sekalipun akhlak dan kemurah-hatian Jokowi pada Sumbar demikian tinggi, akan tetapi caci maki, hinaan dan fitnah dari warga tak mereda. Terlihat di media sosial dan portal berita yang dikelola orang Sumbar. Miris memang.
Sebagai warga kota Padang, saya berharap kelancangan wali kota kami dimaafkan. Selamat datang di kota Padang, Pak Jokowi. Selamat Idulfitri 1437 H mohon maaf lahir batin.(*)