Udah pada tahu belum? Korbannya seorang pendaki berusia sekitar 50-an tahun bernama Hari dari Surabaya. Ngakunya sudah sering mendaki gunung.
Hanya bermodal satu buah roti dan tiga buah mie instan nekat mendaki Semeru tiga hari dua malam. Tidak bawa kompor. Tidak juga bawa keril, hanya bawa tas tangan dari plastik.
Ketika disarankan tambah logistik, jawabnya: saya makan sedikit. Ia juga menolak ketika disarankan sewa kompor. Ia lebih memilih sewa porter untuk membawa tas plastik kecil itu.
Saya sempat satu jeep dari Tumpang ke Ranu Pani bersamanya. Kami berdua duduk di depan dan banyak bercerita sepanjang jalan. Ia juga sempat minta tolong difoto pakai hp BlackBerry.
Sesampai di Ranu Pani, Kamis (12/5/2016) sore, ia ikut breifing di pos. Namun ia belum dapat stempel dari Saver (Mas Kit) karena belum ada materai.
Kepada saya ia bilang pergi sebentar cari materai. Namun nyatanya enggak balik-balik lagi ke pos. Belakangan ada cerita ia langsung jalan lewat jalur Ayek-Ayek, pada sore itu, bersama porter.
Cerita porter, yang beredar dari mulut ke mulut, saat malam di Kalimati korban sudah nampak pucat. Kelihatannya kelaparan. Porternya bilang, "Sekarang mienya dimasak? Bagaimana caranya kita tidak punya kompor?" Korban diam saja.
Hari Sabtu tengah malam ia dikabarkan muncak dari Kalimati. Tidak bawa air. Dari sikapnya nampak ia tidak butuh air minum untuk muncak. Nyatanya, sepanjang jalan ia minta minum pada pendaki lain.
Saya berpapasan dengan korban saat turun dari puncak, Sabtu (14/5/2016) pagi sekitar pukul 7.10 Wib. Saat itu korban hampir mencapai puncak.
Di Kalimati si porternya terus menunggu hingga siang. Biasanya pendaki sudah kembali ke Kalimati sekitar pukul 9-10 Wib, namun korban belum kembali juga hingga siang.
Masih dari cerita porter, yang beredar dari mulut ke mulut, melihat gelagat korban sebelumnya, porter akhirnya turun pada menjelang sore. Porter terus bertanya pada para pendaki adakah melihat pak Hari. Ada sangkaan waktu itu korban meninggalkan porter yang belum dibayar.