Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Mendaki Solo Rinjani di Awal Musim Pendakian

Diperbarui: 18 September 2017   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Baru Jari dan Danau Segara Anak dilihat dari puncak, Minggu (10/4/2016) (Dokumentasi Pribadi)

Musim pendakian gunung Rinjani tahun 2016 baru saja dibuka tanggal 1 April lalu, setelah ditutup sekitar tiga bulan. Tanggal 9 April 2016 saya mulai pendakian gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Sengaja tahun ini sedini mungkin memulai reli di sirkuit Seven Summits Indonesia. Mumpung gunung masih terlihat segar. Mumpung sabana masih hijau. Mumpung belum terlalu ramai. Mumpung porter dan penginapan masih murah.

Gunung Rinjani dilihat dari Bukit Pergasingan, Selasa (12/4/2016) (Dokpri)

Gunung Rinjani dengan ketinggian 3.726 mdpl merupakan gunung favorit pendaki di Indonesia. Sebagai gunung berapi tertinggi kedua setelah gunung Kerinci di Pulau Sumatera, gunung Rinjani masuk dalam jajaran 7 puncak tertinggi di Indonesia untuk wilayah Sunda Kecil (Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Solor, Alor, Sumba, Pulau Timor, Pulau Sawu dan Rote).

Mas Abdul, pengelola Pondok Sembalun tempat saya menginap, menyarankan lewat Jalur Tengah karena katanya lebih singkat sekitar satu jam perjalanan. Berhubung saya sudah terlambat satu jam dari rencana awal start pukul 7 pagi, saya mengikuti saran lewat Jalur Tengah. Diantar ojek, biar menghemat tenaga, karena cukup jauh sampai titik pendakian, sayap start treking hari itu.

Sekitar lima menint perjalanan dari Pos Pendaftaran akan ditemui pengkolan ke kanan. Tepat di belokan tsb ambil jalan lurus berupa jalan tanah. Ikuti jalan tanah tsb. Sampai di trek sedikit menanjak ada belokan ke kanan, ambil belokan ke kanan, lalu terus saja ikuti jalurnya. Itulah Jalur Tengah.

Sampai di titik pendakian saya bersua dengan rombongan lima orang pendaki dari Yogyakarta. Kami sempat bersama-sama jalan. Namun di pertengahan sebelum Pos 1 saya istirahat dan mempersilahkan rombongan ini jalan lebih dahulu.

Gunung Rinjani dilihat dari Bukit Pergasingan, Selasa (12/4/2016) (Dokpri)

Awalnya, saya lagi pengen mendaki solo murni. Namun berhubung beban keril terasa cukup berat, sekitar 25 kg, akhirnya sebelum Pos 1 saya panggil porter kenalan untuk menyusul. Porter pun sampai. Sebagian barang saya pindahkan ke porter. Perjalanan dilanjutkan. Karena beban keril telah berkurang, nah, baru deh terasa lebih enak menikmati perjalanan.

Dengan santai kami melahap trek menuju Pos 1, lalu ke Pos 2, dan Pos 3. Pemandangan dari pos 1 hingga Pelawangan sangat dahsyat. Sepanjang perjalanan para pendaki disuguhi pemandangan sabana Sembalun. Hijau permai. Indah sekali.

Sampai di Pos 1 terlihat beberapa orang pendaki bule sedang istirahat menunggu porternya menyiapkan makanan untuk disantap. Saya putuskan tidak istirahat di sini. Perjalanan dilanjutkan ke Pos 2, tempat istirahat favorit sekaligus tempat makan siang.

View sabana di Pos 1 (dokpri)

Dokumentasi Pribadi

Sampai di Pos 2 baru pukul 12.00 WIT. Perut belum terasa lapar. Setelah istirahat sebentar, perjalanan dilanjutkan ke Pos 3. Kami meninggalkan Pos 2 yang cukup ramai oleh para pendaki bule. Di awal musim pendakian begini memang lebih banyak pendaki bule dibandingkan pendaki lokal. Pendaki bule biasanya mengikuti paket wisata Bali-Gili-Rinjani.

Sampai di Pos Ekstra sebelum Pos 3 sekitar pukul 12.30 WIT. Ternyata rombongan pendaki Yogya masih istirahat di sini. Kamipun makan siang bersama. Menu sosis goreng, ikan mungkuih goreng dan sambal menjadi suguhan nikmati siang itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline