Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Matinya Bus Kota di Padang

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1379634412207796525

[caption id="attachment_289531" align="aligncenter" width="578" caption="Ilustrasi/ Admin (Kompas.com)"][/caption] Di Kota Padang saat ini tinggal tersisa angkot kecil-kecil dan taksi. Ada bus kota, itupun tinggal tersisa satu-satu, yakni trayek Pasar Raya-Khatib Sulaiman-Lubuk Buaya. Bus kota trayek Pasar Raya-Indarung sudah lama mati, hampir delapan tahun terakhir. Bus kota tak kuat bersaing melawan angkot. Kalah cepat dan kalah ekonomis. Tingginya biaya bahan bakar, suku cadang, dan ban membuat pengusaha bus kota memilih mengandangkan bus-busnya. Maka, kota ini sekarang menjelma menjadi kota motor dan mobil di jalan-jalannya. Orang-orang berlomba beli motor. Motor mendominasi jalan di mana-mana. Pada jam-jam kantor yang sibuk akan terlihat motor memenuhi jalan seperti barisan semut. Selebihnya mobil pribadi dan angkot. Tak ada pilihan lagi dari warga kota dengan ekonomi menengah ke bawah kecuali beli motor dan mobil murah seperti Avanza-Xenia, Grand Max, dan mobil bekas. Moda kendaraan pribadi inilah yang diharapkan mengantar ke tujuan. Selebihnya naik angkot. Angkutan umum sebenarnya tak terlalu bisa diharapkan. Terutama pada jam-jam sibuk. Anak-anak sekolah di pagi hari biasa menunggu berjam-jam untuk mendapatkan angkot. Angkot yang ada pun jauh dari nyaman. Kebanyakan dijalankan dengan ugal-ugalan dan ngebut sejadi-jadinya. Penumpang juga harus siap kupingnya mendenging saking keras bunyi musik di dalam angkot. Angkot Padang memang terkenal dengan kreatifitas modifikasi audio dari yang standar sampai yang aneh-aneh. Jadilah angkot, mobil pribadi, dan motor membuat jalan-jalan utama macet pada jam-jam sibuk. Bahkan, Jalan By Pass Padang pun dibikin macet. Lewatlah antara jam 07.00 - 08.00 Wib di Jalan By Pass dijamin padat merayap sampai macet. Padahal, 16 tahun lalu saat penulis pertama menginjakkan kaki di kota ini, susana jalan-jalan masih nampak lengang. Belum begitu banyak mobil pribadi dan sepeda motor. Lebih banyak angkot dan bus kota. Bus kotanya bagus-bagus dan banyak. Ada bus trayek Pasar Raya-Khatib Sulaiman-Lubuk Buaya; trayek Pasar Raya-Kampus Unand; dan ada pula bus trayek Pasar Raya-Indarung. Sekarang riwayat bus kota sudah tamat. Mati. Baru belakangan terdengar khabar pemerintah akan membangun dan mengadakan bus di dua koridor kota ini. Namun baru tahap perencanaan. (SP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline