Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

SBY, Enggang Parau?

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1390622992747459200

[caption id="attachment_291915" align="aligncenter" width="600" caption="www.flickr.com - Ilustrasi Burung Enggang"][/caption] Pendekar sejati jarang mengumbar ancaman. Jarang mencabut keris kecuali akan ditujahkan ke lawannya. Itulah rahasia mengapa keris pusaka sering kali berwarna agak kusam dan karatan. Karena keris sakti jarang dicabut dari sarungnya. Keris sakti hanya dicabut dalam dua keadaan saja: pertama, untuk dimandikan dan, kedua, untuk memberinya "makan" (minum darah). Enggak sembarangan cabut. Seorang yang mengaku pendekar, orang hebat, dsb, tapi mengumbar ancaman, dikit-dikit ngancam, dikit-dikit cabut keris, tapi jarang sekali ancamannya itu direalisasikan akan jatuh wibawanya. Orang enggak akan percaya lagi. Wibawanya akan jeblok. Dalam dongeng masyarakat Melayu di Sumsel dan Bengkulu termashur seorang tokoh bernama Enggang Parau. Dikisahkan, Enggang Parau adalah tokoh yang gemar sekali sesumbar, omong besar, sampai melangit angkasa. Pedang Enggang Parau luar biasa besar, panjang, lebar, dan tajam. Sarung pedangnya saja adalah sebatang pohon besar yang dibelah dua. "Jika ada perang sebut nama saya. Jika ada janda yang dikerjai orang, panggil nama saya. Jika ada ternak yang dicuri orang, hubungi saya. Semua akan beres." Demikian kira-kira sesumbar Enggang Parau. Tetapi ketika diajak perang beneran banyak sekali alasan Enggang Parau menolak. Cara Enggang Parau menolak ajakan perang penuh dengan syair yang mengangkasa. Enggang Parau akan mengelak. Bahwa ia tak bisa ikut perang karena pohon petainya sedang berputik---harus dijaga dan enggak mungkin ditinggalkan. Ikan bilis di sungai masuk bakul beras. Untuk mengatakan, bahwa sulit sekali meninggalkan kenikmatan yang harus dijaga. Itulah Enggang Parau, maka ia disebut Enggang (yang bersuara) Parau. Saat ini, kita, bangsa besar, Indonesia raya, memiliki presiden yang dipanggil "SBY". Presiden kita ini mirip Enggang Parau. Tiap sebentar mengumbar ancaman. Dikit-dikit ia mengirim somasi kepada rakyatnya, rakyat yang kadang terlalu banyak mengkritik. Satu per satu rakyatnya dikirimi somasi. (Sutomo Paguci)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline