[caption id="attachment_407058" align="aligncenter" width="512" caption="Daihatsu Xenia R 8181 NK hancur berantakan setelah terlibat lakalantas dengan Nissan Juke AB 421 TA di Tol Purbaleunyi, Km 135, di jalur A Jakarta arah Bandung (7/4/2013). Foto: okezone.com"][/caption]
Tak terbayangkan andai Toyota Avanza (atau kembarannya Daihatsu Xenia) mengalami tabrakan frontal, atau ditabrak dari samping, atau ditabrak dari belakang dengan keras. Kemungkinan ringsek atau robek atau copot bagian-bagiannya amat sangat besar. Ujungnya-ujungnya membahayakan penumpang.
Sudah banyak kejadian demikian. Sebut saja sekedar contoh kecelakaan yang melibatkan Syaiful Jamil dengan Avanza yang dikendarainya (3/9/2011) dan lakalantas Xenia kontra Nissan Juke di Tol Purbaleunyi, Bandung, Jawa Barat (7/4/2013), yang menewaskan lima orang penumpang Xenia.
Di Eropa standar keamanan kendaraan menjadi hal utama dan tak bisa ditawar-tawar seperti di Indonesia. Sebelum kendaraan boleh dijual ke masyarakat wajib diuji standar keselamatannya. Demikian pula di Amerika Serikat. Tak heran dalam film-film Hollywood mobil-mobil murah buatan Jepang jadi bahan ide untuk olok-olok; betapa rendah fitur keselamatannya.
Di Indonesia justru sebaliknya. Kendaraan seperti Avanza dan Xenia dengan fitur keamanan sangat minimal boleh-boleh saja beredar luas dipasarkan di mana-mana. Entah apa alasan dan logika para regulator perhubungan di negeri ini.
Coba saja pegang plat dinding Avanza dan Xenia. Contohnya pintu belakang ditekan dengan tangan sambil menutup pintu saja sudah penyok, saking tipis dan buruk kualitas platnya. Lah, bagaimana mau melindungi penumpang di dalamnya.
Pemerintah selaku regulator di bidang perhubungan tidak boleh main-main dengan fitur keselamatan kendaraan, hanya demi meraup rupiah (pajak), dan menyenangkan masyarakat ekonomi menengah agar dapat memiliki kendaraan murah. Di sinilah hakikat pemerintah, apakah melindungi warganya atau tidak. Kalau tidak melindungi atau abai dengan keselamatan warga maka bukan pemerintah namanya.
Lebih baik kendaraan dengan fitur keselamatan minim seperti Avanza, Xenia, Luxio, dll dilarang beredar di pasaran atau diminta meningkatkan kualitas kendaraan. Lebih baik sedikit kendaraan tapi aman dibandingkan banyak kendaraan tapi tidak aman dan menyebabkan macet di mana-mana. Warga pemakai jalan dengan ekonomi menengah ke bawah dapat memaksimalkan angkutan umum.
(SP)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H