Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Pahlawan Bergitar

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13524380741299825792

[caption id="attachment_208301" align="aligncenter" width="300" caption="Iwan Fals. Foto Iwan Fals Management, sumber:id.88db.com"][/caption] Bukan suatu kebetulan jika seorang sejarahwan dan peneliti di LIPI, Asvi Warman Adam, pernah menulis di Kompas perihal pertanyaan menarik. Mengapa pahlawan di Indonesia didominasi tentara sebagaimana terlihat di taman-taman makam pahlawan, selebihnya politisi, dan sedikit sekali kalangan seniman, apalagi pengusaha. Secara etimologi kata pahlawan berasal dari bahasa Sanksekerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Sehingga Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pahlawan sebagai, orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanan dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Sementara definisi Pahlawan Nasional menurut UU No 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan hanya dibatasi warga negara atau seseorang yang melawan penjajah atau semasa hidupnya menghasilkan prestasi dan karya luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara. Dengan demikian, artinya, pahlawan harusnya bisa muncul dari profesi atau kalangan mana saja: tentara, guru, dokter, hakim, jaksa, polisi, petani, pengusaha, advokat, notaris, diplomat, jurnalis, seniman, aktivis lingkungan, aktivis antikorupsi, aktivis antinarkoba, aktivis buruh, aktivis buruh migran, dsb. Tidak terkesan monopoli kalangan tentara. Jika konteks pembangunan dan kemajuan bangsa juga dimaknai dampak dari inspirasi perubahan akibat karya seni, seperti dihasilkan oleh seniman Iwan Fals, misalnya, maka pahlawan akan bergaung lebih menghentak. Majalah Time saja menobatkan Iwan Fals sebagai "Asian Heroes". Inilah pahlawan model baru, tidak hanya didominasi yang pegang senjata api, tetapi juga yang pegang gitar. Pahlawan bergitar.(SP)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline