Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Orang Kuat Ogah Tunduk pada Penyakitnya

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gus Dur pernah bercerita bahwa ia dilarang memakan pantangan penyakitnya antara lain durian. Akan tetapi itu hanya di hadapan ibu Nuriyah saja. Saat Ibu Nuriyah tak ada, ia akan terkekeh-kekeh menikmati durian di kantor PBNU. Gus Dur memang pencinta makanan enak dan tetap bandel makan pantangan sekalipun sedang sakit. Di mata Gus Dur hidup sepertinya begitu menyenangkan dan harus dinikmati dengan baik.

Saat sakit pun Gus Dur nampak tak jadi pengeluh. Sebisa-bisanya tetap beraktifitas seperti biasa. Sebelum kena stroke, Gus Dur mampu mengingat 2.000 nomor telepon teman-temannya. Namun, setelah stroke, ia tinggal mampu mengingat nomor telepon sekitar 500-an saja. Dengan kursi roda ia beraktifitas seperti biasa.

Induk semangku waktu magang advokat dulu, Ade Waldemar Sababalat (alm), juga sosok yang tangguh dan ogah tunduk pada penyakitnya. Bahkan teman-teman pun tidak tahu ia bergulat dengan sakit kanker stadium empat. Setiap teman-temannya bertanya ke mana ia, istrinya akan menjawab bahwa ia kuliah doktor di Bandung. Ia tak mau orang-orang melihatnya tergolek tinggal tulang berbalut kulit. Anak-anaknya pun tidak boleh melihat ke kamarnya. Dengan gagah penyakit itu dihadapinya sendiri sampai ajal menjemput.

Kemaren, saya baru saja menonton kisah hidup Margaret Thatcher dalam film "The Iron Lady" (2011). Bagaimana tangguhnya Thatcher, yang diperankan Meryl Streep, dalam menghadapi penyakitnya di masa tua. Ia suka berhalusinasi bertemu dengan suaminya (alm), bercakap-cakap seolah suaminya itu masih hidup, menyediakan alm suami telur rebus dan sebagainya.

Suatu hari Margaret Thatcher mengunjungi dokter langganannya. Margaret ditanya keluhan-keluhannya apa saja. Margaret ternyata ogah menjawab pertanyaan itu. Ia pun berkata bahwa semua baik-baik saja, kemudian ia mengutip petuah bapaknya sebagai berikut:

Berhati-hatilah dengan pikiranmu,
karena itu akan menjadi ucapanmu.

Berhati-hatilah dengan ucapanmu,
karena itu akan menjadi tindakanmu.

Berhati-hatilah dengan tindakanmu,
karena itu akan menjadi kebiasaanmu.

Berhati-hatilah dengan kebiasaanmu,

karena itu akan menjadi karaktermu.

Berhati-hatilah dengan karaktermu,
karena itu akan menjadi takdirmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline