Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Ada yang 'Terluka' Karena Rohingya

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1343490556129845963

[caption id="attachment_190273" align="aligncenter" width="614" caption="Derita pengungsi pelintas batas etnis Rohingya, Bangladesh, 13 Juli 2012. Foto: AFP, mizzima.com"][/caption] PADANG -- Sudah tiga artikelku menggunakan ilustrasi foto di atas. Sering kulangi menatap wajah sendu mereka. Sorot mata kelelahan. Kulit kecoklatan yang berdaki. Dan air muka penuh penderitaan. Aku membayangkan ketiga anakku. Apa salah anak-anak itu? Apa salah para bocah terlahir dari bapak dan ibu beretnis Rohingya dan kebetulan beragama Islam? Kita semua mungkin sepakat bahwa tidak ada anak yang bisa memilih di mana dan siapa yang akan melahirkannya. Lantas mengapa wajah kecil itu harus menanggung beban dan derita? Ratusan atau mungkin ribuan anak-anak Rohingya hidup terlunta jadi yatim piatu karena bapak-ibunya dibantai dalam kerusuhan rasial di Provinsi Rakhine, Myanmar, bahkan sejak sebelum kemerdekaan Myanmar dari Inggris pada tahun 1948. Beberapa dari anak-anak itu ikut bibinya, ikut pamannya, ikut neneknya, atau ikut tetangganya. Kaki-kaki kecil itu menyeberang ke negara asal nenek moyangnya, Bangladesh. Sesampai di Bangladesh bukannya disambut, bocah tak berdosa tersebut malah diusir kembali. Lalu, kaki-kaki kecil kembali menyeret langkah, melanjutkan perjalanan menyusuri sungai, melintasi batas negara, dan berlayar berminggu-minggu atau berbulan-bulan dengan perahu kayu ke negara lain. Menjadi pengungsi pelintas batas. Sebagian diantaranya tewas menggenaskan karena kelaparan dan tenggelam di laut lepas. Apa salah anak-anak terlahir dari etnis Rohingya? Hiks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline