Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Puasa Yes, Kritik Pemerintah Jalan Terus

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

PADANG -- Sudah enam bulan saya mangkel sama Menteri Agama Suryadharma Ali. Sebut saja karena ia secara terbuka menyatakan Syiah sesat. Di banyak negara syiah tidak dinyatakan sesat. Karenanya jangan heran jika Iran merupakan negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) atau sekarang bernama Organisasi Kerja Sama Islam (Iran bergabung tahun 1969). Eh, si Suryadharma Ali menyatakan Syiah di luar Islam (baca: sesat).

Walaupun pernyataan Menag tersebut dibantah ybs dan dibela habis-habisan oleh partainya (PPP), tapi pernyataan ybs sudah terlanjur tersebar luas di publik, dan pers nampaknya tidak salah kutip. Tak kurang Ketua DPR Dr Marzuki Alie dan cendekiwan Muslim Prof Dr Azyumardi Azra MA menyesalkan pernyataan Menag tersebut. Sampai hari ini belum terdengar pernyataan maaf dari Menag.

Coba. Waktu Presiden Iran Dr Mahmoud Ahmadinejad berkunjung ke Indonesia tahun 2009 lalu, begitu luas sambutan publik dan tidak ada terdengar teriakan bahwa Ahmadinejad sesat dan kafir. Maklum, pola standar ganda. Giliran menyalurkan api kebencian pada Amerika Serikat, Ahmadinejad dielu-elukan karena berani menantang Washington. Eh, giliran Syiah di Indonesia malah diteriak-teriaki, pesantrennya dihancurkan, tokohnya dijebloskan ke penjara (sila baca: "Pengadilan Sesat Terhadap Tokoh Syiah Sampang"), bahkan disponsori label "di luar islam/sesat" oleh pejabat publik sekelas Suryadharma Ali.

“Saya tegaskan Iran tidak akan mundur selangkah apa pun terhadap tekanan Barat. Iran akan meneruskan program nuklir, yang dirancang untuk tujuan damai,” ucap Ahmadinejad ketika berkunjung di Kampus UI Salemba waktu itu. Dalam kesempatan yang sama turut berbicara Prof Dr Jalaluddin Rakhmat. Kang Jalal dengan fasihnya berbicara bahasa Parsi.

"Sudahlah, Pa, kok ngeritik pemerintah terus. Nanti hilang loh amal puasanya". Demikian kata istriku sambil jongkok sepintas di muka laptopku. Aku tetap saja diam dan fokus mengetik artikel ini.

Bagiku saat puasalah kesempatan yang pas untuk meningkatkan kritik pada pemerintah. Sebagai warga bisanya ya mengeritik. Jangan suruh warga untuk bekerja mengerjakan pekerjaan pemerintah. Menangkap penjahat, itu tugas polisi. Mengurusi kesehatan warga, itu tugas Depkes. Membuat peraturan, itu tugas pemerintah dan wakil rakyat. Sesat pikir pernyataan "jangan hanya mengkritik, coba Anda kerjakan tugas kami".

Menyanjung-nyanjung pemerintah itu kerjaannya juru bicara (jubir) atau bagian hubungan masyarakat (humas) pemerintah. Warga seperti saya hanya menikmati saja hasil kerja pemerintah. Ketika hasil kerja pemerintah kedodoran atau pas-pasan, ya, apalagi kecuali teriak. "Hoi, pemerintah, apa saja kerja kalian, makan gaji buta aja!" Puasa-puasa tetap aja teriak-teriak.

Itu, si Suryadharma Ali, jangan-jangan dia salah satu yang disindir SBY. SBY dalam rapat kabinet belum lama ini menyindir menterinya yang pada sibuk ngurusi partai sebaiknya mundur saja dari posisi menteri. Menteri harusnya kerja ngurusi negara, ini malah sibuk ngurusi partai dan sesekali ybs menyatakan aliran agama yang tak sepaham dengan dirinya sebagai "di luar Islam". Pejabat publik apaan itu?!

Suryadharma Ali...Suryadharma Ali...

------------------------------------

Rujukan pernyataan Suryadharma Ali:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline