Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Bapak Pelaku Poligami yang Gagal

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13395002391990992968

[caption id="attachment_182279" align="aligncenter" width="300" caption="Simbol pria dan wanita, sumber: bp.blogspot.com"][/caption] Akhirnya kuceritakan juga alasan faktual ke-3 mengapa aku menolak poligami. Bapak (alm), yang kelakuannya kadang sangat menyebalkan tapi walau bagaimana pun beliau tetap kusayangi, adalah pelaku percobaan poligami yang gagal. Hari itu adalah hari Minggu. Cuaca sangat panas, sudah tiga minggu tidak turun hujan. Sebenarnya malas sekali diajak emak menemaninya pergi jalan kaki hampir tiga kilo meter jauhnya, hanya untuk melabrak istri muda bapak. Bapak sudah sebulan pergi dari rumah dan tinggal di tempat istri mudanya, yang ternyata pindah tak terlalu jauh dengan rumah kami. Tentu saja bapak tak berani lagi tinggal di rumahnya seperti biasa. Percuma saja di rumah. Ada tiga orang bujang dewasa yang cukup garang berada di rumah: aku, abang, dan adik. Dan, seorang kakak perempuan yang tak kalah ganasnya. Kami berempat melakukan persekutuan menolak poligami bapak. Tapi bapak tetap ngotot. Ia mengendap-ngendap nikah di desa seberang di kabupaten lain. Tidak susah untuk menikahkan dua orang paruh baya, wali sudah meninggal dan wali pengganti juga tak ada, jadinya wali hakim cukup. Tahu-tahu sudah tersiar saja khabar bapak sudah ijba kabul yang kedua kalinya. Benar-benar. Bapak tak mau menceraikan istri tuanya (emak), alasannya masih cinta. Emak pun tak mau repot-repot mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama, karena susah, habisnya surat nikah aja tak punya. Dulu pasca kemerdekaan cuma nikah secara agama sudah cukup. Hampir dua tahun bapak jadi kapten di dua kapal sekaligus. Kedua kapal itu tak terurus dengan baik, bapak keteteran. Ibarat pepatah "harapkan burung terbang tinggi, punai di tangan dilepaskan". Dengan istri muda tak bertahan lama. Sedangkan istri tua sudah tak seperti dulu lagi. Wanita yang sudah dikhianati bisa saja memaafkan, tapi tak akan pernah bisa melupakan. Ini seperti hukum besi dalam hubungan dua insan anak manusia. Cerita ditutup saat bapak dan emak meninggal sama-sama dalam kesepian dari kasih dan cinta pasangan hidupnya. Mungkin sekali mereka berdua menutup mata seraya melayangkan ingatan tentang masa lalu yang indah bersama pasangan jiwanya.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline