Artikel ini adalah sisi lain dari tulisan sebelumnya mengenai sengketa warga peladang Kelurahan Bungus dengan Pemko Padang dan TNI Kodim 0312 Padang yang membangun jalan tembus Indarung-Bungus, Padang, sepanjang 13,6 km dengan lebar 36 meter, dalam apa yang disebut proyek Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD). [caption id="attachment_174259" align="alignright" width="300" caption="Pohon petai menjulang. Suasana pagi."][/caption] Warga yang tanahnya dilalui proyek TMMD tersebut menuntut ganti rugi terutama tanaman yang ditumbangkan berupa durian, karet, pisang, jengkol, petai, pala, dan lain-lain. Tapi Pemko Padang tidak mau mengganti rugi dengan alasan tidak ada anggarannya dalam APBD. Entah siapa yang memulai, sekarang bakal jalan TMMD tersebut menjadi tujuan wisata warga tepian Kota Padang meliputi Indarung, Bandar Buat, Lubek dan Limau Manis. Terutama hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu, ramai sekali pengunjung datang ke mendaki menyelusuri bakal jalan sampai ke puncak Bukit Tarantang. Mirip pasar. Warga terlihat berbondong-bondong datang, ada yang sendirian, berkelompok, mengajak anak-anak dan istri, bahkan tak kurang beberapa nenek-nenek nekat ngos-ngosan mendaki tanjakan ekstrim ini. Umumnya berjalan kaki. Ada juga sebagian yang bersepeda. Kebetulan proyek TMMD ini dekat dengan jalurku meraton, jadi iseng-iseng lihat dan foto-foto aktifitas warga di objek wisata dadakan tersebut. Dari puncak Bukit Tarantang yang dialui Proyek TMMD ini, pemandangannya memang spektakuler. Kota Padang seperti terhampar nun di bawah sana, mirip kuali raksasa, sehingga jadi terpikir bagaimana jadinya seandainya kota ini disapu tsunami. Nauzubillah minzalik. [caption id="attachment_174263" align="aligncenter" width="300" caption="Kota Padang dari puncak Bukit Tarantang di pagi hari"]
[/caption] Oh, ya, yang ngeri lihat nenek-nenek dan anak-anak balita terpengkor-pengkor menuruni jalan curam hampir 65 derajat. Memang, ketika berjalan naik tanjakan umumnya terasa mendingan, walau tetap sangat capek. Yang paling terasa capek dan pegal adalah saat jalan menurun. Otot kaki dimakannya.
[caption id="attachment_174253" align="aligncenter" width="300" caption="Pengunjung. Tanaman warga belum diganti rugi."]
[/caption] Ada lagi fakta menarik. Sudah jadi bakat orang Padang untuk berdagang sesuai pepatah "dima bumi dipijak, di sinan aden manggaleh" (dimana bumi dipijak, di sana saya jualan). Ya, karena pengunjung ramai dari pagi sampai sore, sebagian warga mencoba peruntungan berjualanan makanan dan minuman ringan.
[caption id="attachment_174258" align="aligncenter" width="300" caption="One-one berjualan"]
[/caption] Entah bagaimana proyek jalan TMMD ini kelak difungsikan jika melihat betapa ekstrimnya tanjakan dan penurunannya. Bahkan lebih ekstrim dari tanjakan di Sitinjau Laut yang menghubungkan Padang - Solok. Niat awalnya sebagai jalan lingkar, semacam jalan pintas dari arah Indarung ke Bungus dan Teluk Bayur. Nyatanya, medan jalannya lebih berat dari jalur yang biasa yakni Indarung-By Pass-Teluk Bayur-Bunggus. Jalan TMMD ini sangat ekstrim: menanjak, datar, menurun, menanjak lagi, demikian seterusnya sampai ke Bungus. [caption id="attachment_174261" align="aligncenter" width="300" caption="Curam hampir 65 derajat"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H