Sumi, seorang nenek yang tinggal bersama cucunya, karena orangtua sang anak kabur entah kemana. Meski sudah tua, Sumi membuka warung makan untuk membiayai hidupnya bersama cucunya. Sumi termasuk kelompok miskin yang boleh menggunakan tabung gas 3 kg.
Agar warung makannya dapat tetap buka, harus tersedia gas elpiji 3 kg (melon) untuk memasak dan menggoreng.
Naasnya, pada suatu hari saat ia ingin membeli tabung gas 3 kg baru di toko langganannya, diberitakan sedang kosong. Tertulis "Tabung gas 3 kg langka".
Elpiji 3 kg hanya dapat dibeli di pengecer resmi. Dengan menenteng dua tabung gas 3 kg bekas, Sumi tertatih-tatih menuju lokasi pengecer resmi. Tetapi antrean sangat panjang. Ia pun terpaksa antre dengan kondisi keletihan. Kakinya gemetar, karena sejak pagi, Sumi belum makan.
Meski merasa haus, lapar dan letih, Sumi tetap bertahan dalam antrean. Warungnya harus buka, karena sudah tutup selama tiga hari.
Ketika tiba giliran, petugas meminta KTP Sumi. Dengan memohon Sumi mengatakan bahwa ia tidak tahu adanya syarat membawa KTP untuk membeli gas. Petugas bingung, antara disiplin dan rasa kasihan. Akhirnya, Sumi berhasil mendapatkan dua tabung gas 3 kg, yang artinya warungnya dapat buka kembali, karena empati petugas.
Sumi pulang ke rumah berjalan tertatih-tatih meninggalkan lokasi pengecer resmi. Ketika kurang 500 meter dari rumah, kakinya makin gemetar, pusing, dan tubuhnya terasa sangat lemah. Sumi jatuh ke tanah, sambil masih memegang dua tabung gas 3 kg, dan tidak bisa bangun lagi.
Para tetangga yang melihatnya datang berhamburan untuk memberikan pertolongan. Namun sudah terlambat. Sumi wafat karena kelelahan dan kekurangan oksigen.
Kematian Sumi menggemparkan seluruh desa. Gara-gara harus antre tabung gas 3 kg, nyawa orang menjadi korban. Semoga Pemerintah dapat membuat kebijakan yang lebih baik dalam mengatur keperluan orang banyak, agar tidak ada orang yang mati sia-sia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI