Manusia tidak tahu akan dilahirkan dalam keluarga kaya atau miskin. Demikian pula kita yang sama-sama sekolah maupun kuliah di tempat yang sama, belum tentu memiliki nasib yang sama. Si Polan yang berhasil menjadi anggota Dewan, dapat hidup mewah, sementara si Untung masih berkutat bekerja di bagian administrasi dengan gaji UMR.
Bila tiba saatnya bagi keduanya untuk menikah atau berkeluarga, timbullah kerumitan
Bila si Untung merasa gengsi bila pesta pernikahannya tidak dilaksanakan di ballroom hotel bintang lima seperti si Polan. Maka dengan kemudahan berhutang di era saat ini, yang cukup berbekal KTP dan no. HP, dan dapat cair dengan cepst, maka si Polan berani berhutang agar prsta pernikahannya juga berlangsung di ballroom hotel bintang lima.
Saat berpesta, keluarganya bangga, terlebih si Polan dan istrinya. Wajahnya berseri-seri, namun siapa yang tahu hatinya galau, karena selalu berpikir bagaimana cara nendapatkan uang untuk mengangsur pokok hutang plus bunganya. Akibatnya si Untung makin terpuruk, karena gelap mata, bisa saja dia nelakukan kecurangan di tempat kerjanya, berhutang ke pihak lain untuk menutupi tagihan daripada dikejar-kejar penagih hutang, hingga status hutangnya menjadi lingkaran setan. Atau si Untung terlibat perjudian, karena bernafsu mendapatkan uang dengan cepat. Atau yang lebih parah lagi terlibat kejahatan, seperti merampok, menipu atau menjadi pengedar barang terlarang.
Hal-hal diatas adalah akibat negatif bila upacara resepsi pernikahan dilakukan secara berlebihan oleh si pengantin sendiri.
Keterlibatan pada hutang untuk resepsi pernikahan yang berlebihan, atau tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang ada, juga dapat disebabkan oleh rayuan pengantin perempuan. Bisa saja pengantin laki-laki ingin resepsi pernikahan sederhana saja, sebaliknya pengantin perempuan yang memaksa untuk mengadakan resepsi di tempst mewah dan mahal. Demi alasan cinta, biasanya dengan berat hati pengantin laki-laki akan memenuhi keinginan pengantin perempuan, tentunya dengan aksi atau tindakan seperti diatas.
Juga faktor orangtua dapat juga melibatkan pengantin pada hutang. Indonesia adalah negara dengan budaya Timur, dimana faktor keluarga sering sangat mempengaruhi sebuah keluarga
Ada orangtua yang juga suka flexing, tidak mengukur kekuatan keluarga Orangtua disini bisa orangtua pengantin laki-laki maupun orangtua pengantin perempuan.
Meski kedua pengantin, menghendaki resepsi sederhana sesuai kemampuan keuangan mereka, namun paksaan orangtua untuk mengadakan resepsi pernikahan yang mewah dapat muncul, karena faktor gengsi. Mungkin mereka dari keluarga bangsawan, keluarga mantan pejabat yang sudah pensiun, atau mantan orang kaya yang mengalami kerugian bisnis Faktor gengsi ini bisa muncul dan memaksakan pengantin untuk berhutang.
Kasus tidak akan muncul, bila status orangtua masih tergolong tajir melintir (the crazy rich). Bisa saja resepsi mewah dibeayai oleh orangtua sehingga pengantin tidak harus terlibat hutang.