Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Menelusuri Terbentuknya Generasi Strawberry

Diperbarui: 1 November 2024   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ( sumber gambar: sasanti.or.id)

Generasi muda yang lahir sekarang sering digolongkan sebagai generasi Z bahkan generasi Alpha. Bahkan ada yang menamainya generasi Strawberry.  Istilah ini lahir di Taiwan.

Mengenai digunakannya nama strawberry, karena secara fisik buah strawberry itu indah, menarik, bila dipandang dari kejauhan. Tapi coba kita pegang, akan tampak rapuh dan mudah rusak bila memegangnya tidak secara hati-hati.

Karena kenyataannya generasi sekarang memang sangat rapuh. Bila ditegur mudah tersinggung, bahkan ngambek. Daya tahan mentalnya sangat buruk. Tertimpa sedikit masalah, bisa stress hingga depresi. Intinya mudah tertekan oleh masalah-masalah sosial.

Mungkin bagi kita yang bekerja di bagian HR sudah banyak memiliki pengalaman tentang hal ini. Dulu karyawan bila dimarahi atau ditegur manager, hanya diam bahkan besoknya masuk lebih pagi. Beda dengan generasi strawberry, bila kena marah / tegur, mereka merasa sangat terpukul dan besoknya tidak masuk kerja.

Berbeda sekali dengan generasi orangtua atau kakek neneknya, yang sangat tangguh. Berasal dari keluarga miskin, karena ketangguhannya bahkan bisa menjadi konglomerat, contoh boss Mayapada, Tahir atau pejabat tinggi, contoh, boss Jawa Pos, Dahlan Iskan yang sempat menjadi Menteri BUMN.

Orangtua atau kakek nenek dari generasi strawberry memiliki mental yang tangguh, akibatnya mereka dapat naik kelas. Dari keluarga miskin ke keluarga menengah hingga keluarga kaya. 

Intinya mereka menjadi lebih sejahtera dan berpendidikan. Akibatnya  mereka sangat memanjakan anak mereka. Sehingga bisa disebut generasi strawberry adalah korban dari orangtuanya sendiri.

Bila ke sekolah selalu diantar jemput mobil, padahal dulu mereka jalan kaki atau bersepeda ke sekolah. Bila tidak pulang ke rumah tepat waktu, orangtua panik. Karena anaknya hanya anak semata wayang, beda dengan keluarga tempo dulu, yang memiliki 6-7 orang anak. 

Yang lebih parah lagi, bila rapor anak jelek, orangtua protes ke gurunya. Padahal pada era orangtua, justru si anak yang ketakutan karena rapornya kebakaran.

Jadi, sepertinya terbentuknya generasi strawberry, akibat dari salah didik dari orangtuanya. Anak menjadi memiliki mental  lemah / pecundang, tidak setangguh anak-anak pada era orangtuanya. Karena sudah terbiasa jatuh bangun dengan  pengalaman pahit dan manisnya kehidupan.

Kesimpulannya, meski orangtua sudah sukses, anak harus dididik agar tetap tangguh menjalani kehidupan. Jangan biarkan mental mereka menjadi lembek, karena dimanjakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline