Selama ini bakpia atau lebih dikenal sebagai bakpia pathuk adalah kuliner khas Jogja yang sering dibawa untuk oleh-oleh keluarga / teman / relasi saat berwisata ke Jogja.
Dari sekian banyak merek yang dipasarkan, sulit mencari yang paling enak. Promosinya juga makin gila-gilaan. Coba tengok saja di Malioboro, dari yang 100k Rupiah mendapat 10 hingga 12 box.
Variannya juga berkembang, dari yang semula berisi kacang hijau, kini sudah ada yang berisi keju atau coklat.
Bila ingin melihat cara memanggangnya yang masih tradisional, datanglah ke Pasar Ngasem. Di salah satu gerai ada yang berjualan bakpia sambil mempertunjukkan cara memanggang di atas panggangan dengan api dari anglo. Disini hanya dijual satu rasa, yaitu kacang hijau.
Bila kita beruntung bisa mendapatkan yang "fresh from the oven". Dari tempat pemanggangan langsung dimasukkan ke doos dengan ukuran sesuai jumlah bakpia yang diingini.
Selain bakpia, gerai ini juga membuat dan memasarkan wingko. Sebenarnya wingko ini bukan kuliner khas Jogja melainkan kuliner khas kota Babat, di pesisir Utara Jawa Timur, di kabupaten Lamongan. Pembuat pertama adalah Loe Soe Siang asal kota Babat pada tahun 1898.
Uniknya, yang mempopulerkan wingko justru kota Semarang. Dipasarkan dengan dibungkus kertas per pcs. Sehingga juga menjadi salah satu oleh-oleh kota Semarang. Variannya berkembang dengan aneka rasa nangka, durian, dan sebagainya.
Pada perkembangannya, wingko juga terkenal di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Pada gerai di Pasar Ngasem, Jogja kita juga bisa melihat langsung proses pemanggangannya. Wingko adalah kue berbahan tepung ketan dengan citarasa manis dan gurih (karena kelapa). Teksturnya agak kenyal, tapi empuk.
Namun wingko ini berbeda dengan yangko yang juga terkenal di Jogja. Kalau yangko teksturnya lebih mirip mochi. Bentuknya kotak, sedangkan wingko bulat pipih.