Bila kita membandingkan hasil karya video dari YouTuber asing dan YouTuber lokal adalah segmentasinya
YouTuber asing memilki kepakaran atau spesialisasi pada sebuah bidang, misal wisata, teknik, atau kuliner.
Sebaliknya YouTuber lokal kalau diperhatikan seakan multi talenta. Bidang apa saja dibuatnya, seolah dia tahu segalanya.
Juga komuniksi antara YouTuber asing dengan responden lebih akrab, karena menggunaksn bahasa persatuan bangsa-bangsa di dunua, yaitu bahasa Inggris
Sedangkan YouTuber lokal lebih banyak berbahasa Indonesia, sehingga respondennya terbatas. Kalaupun ada yang berani menggunakan bahasa Inggris, acap kali bahasa Inggrisnya kaku dan sulit dipahami oleh responden asing. Mungkin sekarang lebih bagus setelah dibantu AI.
Sebenarnya responden asing sangat ingin tahu tentang Indonesia, khususnya daerah wisata, busana dan kuliner Hal ini terbukti dari unggahan pribadi di sosial media, selain YouTube. Responden banyak bertanya tentang nama lokasi dan cara mencapainya.
Dan mereka sangat senang bila kita mampu berkonunikasi dengan baik terhadap mereka.
Bila YouTuber lokal mampu memiliki spesialisasi, mereka dapat mempromosikan Indonesia lebih baik. Yang tentunya bermanfaat bagi dunia pariwisata Indonesia.
Juga YouTuber lokal harus lebih banyak belajar masalah sosial budaya yang disenangi responden asing, misal tentang kehidupan warga sehari-hari yang jarang disentuh oleh YouTuber lokal.
YouTuber lokal selain menampilkan panorama Indonesia, juga perlu menampilkan kehidupan sehari-hari, tentang busana termasuk batik, kuliner dan cara mengolah serta menyajikannya.