Sering kita mendengar nasehat, agar tubuh kita bugar, maka kita wajib berolah raga. Namun kita juga sering mendengar tragedi, orang yang meninggal dunia, saat sedang berolah raga atau setelah berolah raga, seperti futsal, bilu tangkis, tenis, bahkan bersepeda.
Kenapa kondisi ini bersifat dualisme? Perlu, tetapi berbahaya. Apa penyababnya?
Mari kita bahas hal ini. Jenis olah raga yang sering menyebabkan kematian mendadak adalah sepak bola, futsal, bulu tangkis, tenis, lari marathon atau lari jarak jauh maupun jarak menengah.
Semua jenis olah raga di atas termasuk jenis kompetitif, dimana seseorang sering memaksa dirinya semaksimal mungkin untuk memperoleh kemenangan, sehingga memacu denyut jantung dan meningkatkan tekanan darah.
Dan yang menjadi penyebab kematian adalah jantung berhenti berdetak, karena berdetak terlalu cepat atau penyakit jantung kambuh.
Jadi orang yang memiliki gejala penyakit jantung, seperti plak pada pembuluh darah atau gangguan pada otot jantung, bila jantung harus bekerja ekstra keras dapat berakibat terganggu dan berhenti berdenyut secara mendadak.
Namun kita janganlah langsung alergi berolah raga, jangan takut berolah raga, asalkan memilih jenis olah raga yang tepat
Cara memilih jenis olah raga yang tepat, terutama bila kita memiliki komorbid penyakit jantung atau kelainan jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, kolesterol tinggi, obesitas, atau sedang stress, adalah jangan memilih olah raga kompetitif. Pilihlah olah raga ringan, seperti jalan kaki, jogging, senam ringan atau sepeda santai.
Hal ini juga berlaku bagi kita yang sudah memasuki usia paruh baya, atau di atas 40 tahun.
Kita yang termasuk golongan di atas harus rajin memantau denyut nadi. Baik sebelum, saat, maupun sesudah berolah raga.