Komik, komunitas penggemar film Kompasiana menyelenggarakan ulas film pendek. Segera terbersit film "Ngidam" produksi Komik tahun lalu. Tapi sudah pernah saya bahas. Kalau saya bahas lagi nanti disebut plagiat oleh mesin canggih milik admin. Daripada dapat surat cinta lebih baik, saya cari film lain.
Paling mudah melalui OTT, saya masuk ke situs bioskoponline, di halaman depan tertampil beberapa film pendek. Saya tertarik pada film "Laut Memanggilku" (The Sea Calls For Me), durasinya pendek hanya 18 menit. Bergenre drama diperuntukkan bagi penonton 13 tahun ke atas.
Harga tiketnya juga ramah di kantong, hanya 15 ribu Rupiah, seharga bayar parkir di mall.
Cara menontonnya juga mudah, klik 'Beli Tiket', lalu ditanya sudah punya akun (account) atau belum. Karena dulu pernah mendapatkan tiket dari Komik untuk nonton film di bioskoponline, tentu saya sudah memiliki akun. isi password, lalu bayar, dan film langsung sudah dapat dinikmati selama 2 hari.
Film ini bercerita tentang kesepian seorang anak nelayan, bernama Sura Ayahnya tiap hari oergi melaut untuk mencari nafkah, sementara ibunya tidak diceritakan dengan jelas, entah meninggal dunia, entah bercerai dengan ayahnya, hingga Sura selalu sendirian tiap hari.
Film yang pengambilan gambarnya dilakukan di pesisir pantai Tangerang ini menggarap dengan apik masalah kesepian seorang anak manusia.
Manusia tak terelakkan, baik anak-anak, dewasa maupun lansia bisa dilanda kesepian. Anak yang kehilangan orangtuanya, orangtua yang kehilangan anaknya, atau sedang merindukan kehadiran seorang anak, seorang jomblo yang merindukan datangnya kekasih, lansia yang pensiun sehingga kehilangan teman-teman kerjanya, atau lansia yang ditinggal suami / istrinya karena meninggal dunia lebih dulu.
Sura suatu hari menemukan sebuah boneka rusak yang terdampar di pantai, dipungutnya, dibelai, dan dipeluknya, diajak bicara, karena dianggap sebagai ibunya yang tidak pernah dilihatnya. Sura menganggap boneka itu sebagai teman bahkan pengganti keluarganya (ibunya yang tiada, dan ayahnya yang selalu pergi melaut).
Keakraban Sura dengan boneka itu acap kali diganggu oleh temannya Argo yang bermaksud mengambil boneka tersebut.
Kedua tokoh anak-anak ini diperankan bukan oleh aktor berpengalaman, hanya anak-anak biasa. Namun perannya sangat menyentuh perasaan penonton karena sangat menghayati tokoh Sura. Demikian pula dengan Argo yang usil yang selalu mengganggu Sura. Kedua tokoh anak ini dapat diperankan oleh dua anak biasa (bukan aktor) secara alami.