Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Melawan Lupa, Resensi Novel "Prasa"

Diperbarui: 24 Oktober 2023   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prasa (dokpri)


Seperti kita ketahui, Yon Bayu Wahyono, salah seorang Kompasianer senior yang pernah meraih predikat "Best of Opinion" pada 2017 telah menerbitkan sekaligus 2 novel, yang akan dibedah di TIM pada tanggal 29 Oktober 2023 mendatang.

Penulis dan Yon Bayu (dok: Denik)


Saya yang sempat membaca salah satu novelnya, yaitu "Prasa", mencoba menuliskan resensi atas novel tersebut, agar calon pembaca menangkap inti novel ini, walau bukan menyajikan spoiler. Sehingga tidak ragu untuk membacanya.

Novel setebal 245 halaman ini menggunakan cover yang cukup menggoda dengan gambar sepatu lars tentara yang sedang menginjak sekuntum  bunga. Terlebih setelah membaca ringkasan cerita, pada cover belakang, saya jadi tertarik untuk membacanya.

Sinipsis

Konflik yang dialami ioleh Prasa, yang merasa janggal sebagai anak angkat seorang perwira, justru mengetahui melalui penelusuran pribadi bahwa orangtua kandungnya meninggal akibat operasi tanpa nama yang dilakukan oleh ayah angkatnya di masa lalu  Timbul konflik di hatinya, antara harus berterima kasih atas kasih sayang orangtua angkatnya atau harus membalas dendam atas kematian orangtua kandungnya.

Novel diawali dengan mimpi Prasa akan Shama, anak asal dusunnya, dan tiba-tiba Prasa terbangun karena dering telepon dari kakaknya yang mengabarkan bahwa ayah angkatnya meninggal dunia. Pupuslah harapan Prasa untuk mengetahui jati dirinya, karena saksi hidup itu telah tiada.

Dikisahkan sebelumnya Prasa kabur dari rumahnya ke Jakarta setelah berdebat keras dengan ayahnya yang keras kepala, tidak mau mengungkap asal usulnya.Prasa meniti karier di bidang pemasaran sebuah perusahaan kosmetik.

Kelebihan novel ini

Tampaknya seolah-olah  sebuah novel politik yang berat. Ternyata setelah saya membacanya bab demi bab (total ada 20 bab) isinya sangat ringan. Diselang-seling dengan kalimat puitis, novel ini seperti sebuah teenlit. Namun dibumbui latar belakang semangat melawan lupa, yang sering menghinggapi bangsa ini.

Plot cerita tidak dilakukan secara tertata / runut, namun justru menampilkan satu demi satu tokoh cerita, hingga akhirnya bermuara pada ujung cerita untuk membuat akhir cerita menjadi terang benderang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline