Pada sesi terakhir visual art mini workshop 2023, kami diajak mengikuti diskusi buku "Panggung Sindirwara". Sebuah buku yang jarang ada, terdiri atas kumpulan 13 esai tentang film dan seni pertunjukan. Kumpulan esai yang pernah muncul secara daring dari kurun waktu 2012-2022 adalah hasil analisa dan riset oleh Robertus Rony Setiawan, yang saat ini bekerja di media daring sampaijauh.com.
Buku ini berisi kumpulan esai yang terasa berat bila dibaca oleh bukan penggemar seni, karena gaya tulisannya seperti jurnal.
Judul masih menggunakan plesetan dari kata "sandiwara", yang kini sudah jarang dipakai. Jadi kata "sandiwara" dan "drama" sudah jarang diperginakan, orang lebih senang memakai kata "teater".
Judulnya adalah "Sindirwara", karena melalui seni seseorang dapat dengan bebas menyampaikan kritik atas ketidak beresan dalam kehidupan.
Hal ini pernah dilakukan oleh Teater Koma, pada era Orde Baru, namun setelah alih generasi ke putranya, kritik tidak terlalu menggigit. Teater Koma tidak dibahas pada buku ini, karena sudah ditulis pada buku pertama.
Pada buku ini, teater membahas tentang Bagong Kusudiarjo, teater Populer-nya Slamet Rahardjo dan teater Mandiri-nya Putu Widjaja. Serta peran teater pada kehidupan sekarang.
Sedang untuk film sempat muncul Laura Basuki dan Joko Anwar.
Buku ini juga sempat membahas Ktut Tantri, perempuan Skotlandia yang dijadikan anak angkat raja Bali dan menjadi teman akrab Bung Tomo dalam peristiwa 10 November 1945. Ktut Tantri adalah orang asing yang membela perjuangan Indonesia.
Selain menampilkan penulis, juga ditampilkan seorang pembahas, yaitu Samro / Noy.