Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Mengenal Adat Sumatera Barat

Diperbarui: 12 Agustus 2023   05:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama (dok: stiven)

Kunjungan pertama kami adalah anjungan Sumatera Barat di TMII. Dengan diantar menggunakan angkling, setelah mengunjungi menara pandang, kami langsung menuju anjungan Sumatera Barat.

Anjungan Sumatera Barat adalah salah satu favorit di TMII. Pengunjung dapat menyaksikan tradisi, tarian, rumah gadang, balairung hingga surau.

Bagi pemprov Sumatera Barat, anjungan ini untuk mempromosukan kebudayaan, pariwisata, produk UMKM dan kuliner Sumatera Barat.

Saat kami berkunjung, anjungan Sumatera Barat baru selesai direvitalisasi. Menurut teman, yang pernah mengunjungi anjungan ini sebelumnya, dulu terdapat rumah makan Padang. Sekarang hanya terdapat kantin yang menjual minuman dan snack serta menyewakan busana adat. Lenyapnya rumah makan Padang sangat disayangkan, karena pengunjung tidak dapat lagi mencicipi nikmatnya kuliner khas Sumatera Barat.

Di bagian depan anjungan, kami disambut patung kerbau. Sesuai dengan arti minangkabau yaitu minang kerbau.

Kerbau (dokpri) 

Saat memasuki rumah gadang, kami disambut Uni Ega, pemandu baru anjungan Sumatera Barat yang masih didampingi seniornya, Jumat Susanto..

Rumah gadang ini terdiri dari sembilan ruang dengan empat baris atap, yang berbentuk seperti tanduk kerbau. Atapnya terbuat dari ijuk, dan ditata saling mengait. Tujuannya, agar kuat menahan hujan, maupun angin yang kencang. Air hujan langsung turun ke bawah, hingga tidak membasahi bagian dalam rumah.

Karena Indonesia berada dalam rings of fire, maka rumah gadang dibuat anti gempa. Pondasi dibuat menahan bobot rumah, tetapi hanya bergeser saat terjadi gempa. Sistem ini juga untuk mengurangi bahaya rayap.

Masyarakat Minang adalah penganut agama Islam yang taat. Namun selalu menghargai keteraturan dengan menjunjung tinggi keputusan bersama  Sanggup beradaptasi, dan  selalu waspada. Fungsi ukiran pada rumah untuk menambah keindahan, agar tamu senang saling bersilaturahmi.

Masyarakat Minang memiliki banyak warna yang berbeda pada tiap kabupaten. Namun warna yang dominan adalah merah, hitam dan kuning. Yang biasa dipakai untuk penobatan datuk.

Warna hitam, artinya ketegasan, warna merah artinya berani, dan warna kuning artinya bijak. Warna-warni terlihat pada aneka busana adat yang berbeda untuk tiap kabupaten.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline