Kemarin, Senin 29 Mei 2023, sekitar 50 Kompasianer dan beberapa undangan.berkumpul di studio 1 Kompas TV, di Menara Kompas untuk menghadiri pengambilan gambar (tapping) untuk acara Gagas RI ketiga yang akan ditayangkan di Kompas TV, estimasi Senin 5:Juni 2023.
Gagas RI ketiga ini membahas tentang issue Ekonomi, Keadilan dan Kemanusiaan. Sebuah Topik yang cukup berat dan kompleks. Pada Gagas RI pertama telah dibahas tentang Agama dan Kemanusiaan, sedangkan pada Gagas kedua membahas tentang Teknologi dan Kemanusiaan.
Tujuan mulia dari acara ini adalah untuk memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi negara dan bangsa. Khususnya munculnya keprihatinan setelah 25 tahun reformasi, cita-cita terwujudnya Pemerintah yang bersih dan bebas dari KKN serta korupsi masih dirasakan bagai jauh panggang dari api.
Sebagai narasumber utama diketengahkan Prof.Dr.Haedar Nashir M.Si, Ketua Umum PP Muhamadiyah, dengan tiga penanggap Meuthia Ganie Rochman PHd, sosiolog pembangunan Universitas Indonesia, Hendri Saparini, ekonomi INDEF: dan Arif Budimanta Sebayang, staff khusus Presiden Bidang Ekonomi Acara dipandu oleh Sukidi Mulyadi.
Pertama-tama Buya Nashir membuka pembicaraan dengan kerisauan peraih Nobel Prof. Joseph tentang ekonomi dan keadilan yang tidak berpihak kepada warga Amerika. Kerisauan yang sama dirasakan Buya Nashir bahwa prinsip keadilan yang diletakkan oleh pendiri bangsa sudah mengalami deviasi yang hendaknya disadari oleh warga Indonesia.
Deviasi ini disebabkan oleh menggilanys korupsi, hutang negara yang harus dibatasi, kesenjangan sosial karena UMKM jalan ditempat dan oligarkhi yang terus berlanjut.
Indonesia itu lahir dengan gagasan dari banyak golongan, make kebijakan atau sistem Pemerintahan hendaknya juga bermanfaat bagi semua golongan, bukan untuk satu golongan atau golongan tertentu saja.
Khususnya, semua hal yang menguasai hidup orang banyak harusnya dikuasai negara, dengan konsep ekonomi terpimpin.
Sila kelima yang dianggap paling terlantar, semua ketimpangan harus dicarikan jalan keluarnya. Terkait Pemilu 2024 harus banyak bicara tentang masa depan Indonesia, tidak beretorika saja. Harus ada penbangunan karakter secara nasional, kesenjangan dan kemiskinan harus hilang, rakyat Indonesia harus hidup setara.
Mudahnya, terasa Indonesia itu hanya fisik saja, tetapi tidak mempunyai nyawa.