Terjadi polemik yang cukup hangat, mengapa Indonesia harus membeli kereta api bekas dari Jepang, padal PT. iNKA sudah bisa nemproduksi kereta api sendiri. Contohnya LRT yang akan digunakan di Jabodetabek dan commuter line Jogya - Solo.
Sebagai salah seorang pengguna jasa kereta api, baik didalam kota (commuter line) maupun ke luar kota, jujur penulis pernah menggunakan keduanya, yang belum hanya LRT.
Saat menggunakan commuter line di Jabodetabek yang konon adalah kereta api bekas yang diimpor dari Jepang, kondisinya masih layak pakai. Baik secara operasional maupun interior di dalamnya. Boleh dikatakan kereta api selalu datang dan tiba tepat waktu, kecuali saat ada gangguan teknis yang sangat jarang terjadi.
Saat penulis berkunjung ke Jogya dan ingin prrginke Solo, transportasi yang bebas macet adalah commuter line. Ada perasaan bangga bahwa commuter line yang beroperasi dari stasiun Tugu, Jogya hingga stasiun Solo Balapan ini buatan dalam negeri, alias buatan PT. iNKA. Penulis perhatikan kondisi interior pada kereta api juga sudah nemadai tidak kalah dengan yang produk impor. Memang tingkat kerusakan saat dioperasikan, penulis tidak mempunyai data maupun pengalaman. Karena hanya naik 2x, trayek Jogya-Solo dan Solo-Jogya. Tetapi saat itu kindisi normal-notmal saja.
Indonesia dalam hal ini PT. iNKA telah mampu memproduksi kereta api yang sangat kayak pakai. Hanya saja, belum diketahui berapa beaya produksi dan berapa lama waktu produksinya
Bila ada polemik mengenai masih impor kereta api bekas, menurut perkiraan penulis mungkin disebabkan waktu produkai yang cukup lama dan beaya produksi yang masih tinggi itulah sebabnya commuter line Jogya - Solo wakttu keberangkatan dan kedatangan tidak secepat commuter line di Jabodetabek.
Guna memberikan pelayanan transportasi yang cepat tentu diperlukan jumlah kereta api yang cukup banyak. Dan hal ini hanya bisa didapat bila PT. iNKA telah mampu memiliki prduksi massal yang cukup besar. Selama belum mampu, memang penggunaan kereta api bekas impor adalah solusi terbaik. Sebaliknya, PT INKA tetap dapat memasarkan produknya ke negara-negara yang belum mampu memproduksi kereta api, contohnya Bangla Desh atau negara-negara Amerika Latin.
Hanya perlu diingat, saat membeli kereta api bekas harus memperhatikan pengkondisian (refurbished) yang tepat. Kereta api bekas yang dibeli harus benar-benar masih layak pakai, baik secara operasional maupun interior. Alasan terpenting jangan membeli kereta api bekas yang nantinya cepat rusak dan Indonesia hanya akan menjadi tempat pembuangan sampah kereta api.
Untuk uim pembelian kereta api bekas harus memiliki tim yang kuat, yang dapat menganalisa kondisi kereta api bekas dari segala aspek.
Kecuali bila PT INKA skala produksinya sudah besar, maka sepatutnya Indonesia lebih mengutamakan produksi dalam negeri.