Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Suasana Kebhinekaan di Cilincing

Diperbarui: 19 Maret 2023   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melasti (sumber: liputan6.com)

Hari ini, Minggu 19 Maret 2023 bertepatan dengan perayaan Melasti, Koteka berkolaborasi dengan Wisata Kreatif Jakarta mengadakan trip ke kawasan Cilincing. Karena letaknya cukup jauh di Utara Jakarta, jumlah peminat tidak memenuhi kuota, padahal biasanya harus antre dan banyak yang ditolak.

Kami berkumpul di masjid Al Alam. Sebuah masjid tertua di kawasan Marunda, Jakarta.Utara  Menurut sejarahnya masjid ini didirikan sekitar abad ke 16. Konon kabarnya masjid yang didirikan para aulia ini hanya dibangun dalam sehari. Pada saat pasukan Mataram menyerang Batavia yang masih dikuasai Portugis, pemimpin penyerangan Adipati Bahutekso dan Pangeran Fatahilah memerintahkan pasukan beristirahat di masjid ini sambil menyusun strategi.

Lalu kami dibawa ke pelabuhan nelayan, menyaksikan deretan perahu yang bersandar sebelum mereka melaut pada malam hari. Pada siang hari nelayan sibuk memperbaiki jaring yang rusak, akibat tersangkut karang. Di perkampungan nelayan ini juga terdapat tempat pelelangan ikan.

Puas menyaksikan kehidupan di perkampungan nelayan, kami menuju kompleks klenteng dan vihara Lalitavistara. Klenteng berusia 5 abad ini memiliki pagoda yang tinggi dan indah yang dulu masih boleh dinaiki sampai puncak, namun saat ini ditutup demi alasan keamanan. Pada vihara ini terdapat stupa-stupa seperti yang ada di candi Borobudur. Disini juga terdapat sekolah tinggi agama Buddha tempat para biksu dan biksuni ditempa.

Selanjutnya kami menuju tempat pembakaran mayat di Cilincing yang boleh disebut tempat pembakaran mayat pertama di Jakarta yang masih berfungsi hingga saat ini.

Terakhir adalah acara puncaknya, kami menyaksikan upacara perayaan Melasti di Pura Segara. Perayaan Melasti ini adalah perayaan penyuciaan bumi menjelang hari raya Nyepi, diwujudkan dengan  mengambil air laut untuk disucikan, lalu dipercikkan kepada umat dan pratima  yang terdapat pada semua pura. Dengan arak-arakan pemuka agama yang disebut sulinggih, diikuti umat Hindu dengan membawa sesajen dengan diiringi gamelan dan tetabuhan Bali. Juga ada pementasan tari Kecak. Suasana sangat meriah, banyak yang berbusana adat Bali sehingga suasana seperti di Bali saja.

Setelah puas menyaksikan upacara perayaan Melasti, rombongan dari Wisata Kreatif Jakarta / Koteka  membubarkan diri dengan membawa pengalaman tersendiri mengenal upacara perayaan agama lain, yang tentunya akan  memperkokoh nilai toleransi kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline