Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Mengenal Saung Ranggon di Cikarang (Tulisan ke 2 dari 3)

Diperbarui: 3 Maret 2023   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saung Ranggon (sumber: detik com)

Click baru saja mengunjungi Saung Ranggon di desa Cikedokan, Cikarang Barat.

Saung Ranggon ini termasuk wisata sejarah atau wisata budaya untuk melestarikan tradisi, bagi kawasan Cikarang yang belum terlalu banyak diketahui orang

Untuk nenuju lokasi ini dari stasiun Cikarang harus ganti moda transportasi lain, seperti kendaraan yang disewa atau menggunakan transportasi daring  karena jaraknya cukup terpencil dan masih cukup jauh serta  membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1-2: jam tergantung tingkat kemacetan lalu lintas, tidak mungkin rasanya dijangkau dengan jalan kaki.

Bila memiliki kendaraan pribadi lebih menguntungkan, karena jaraknya cukup terpencil, itulah sebabnya dulu sangat bermanfaat sebagai tempat persembunyian / pelarian  bagi tokoh-tokoh perjuangan yang anti penjajahan.

Nama desa inipun berasal dari asal kata kedok, karena fungsi kedok untuk menyamar. Jadi banyak pelarian yang berdiam disini dan menjadi leluhur warga desa.

Saung Ranggon ini telah didirikan pada abad 16, sehingga sangat tepat bila dijadikan cagar budaya, artinya tempat ini dilestarikan sebagai bukti sejarah dan tidak akan tergusur oleh laju pembangunan.

Bangunan berupa rumah panggung yang berbahan kayu ulin ini, sangat kokoh dan masih dalam kondisi baik sampai sekarang  untuk memasuki rumah ini harus seizin juru kunci (kuncen).

Bangunan ini berdiri diatas tanah seluas kira 500 meter persegi dengan panjang 7,6 meter, lebar 7,2 meter dan tinggi 2,5 meter. Beratapkan sirap kayu, dan tanpa jendela. Disekitarnya terdapat rumah yang ditinggali juru kunci, mushola, toilet, sumur, rumah makan dan tempat parkir.

Juru kunci (dokpri)

Karena sebagai tempat persembunyian, jendela yang ada sengaja tidak dibuka. Untuk memasuki rumah panggung harus melalui tujuh anak tangga. Bangunan tidak dipaku tetapi menggunakan sistem pasak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline