Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Mengundurkan Diri Belum Jadi Tradisi

Diperbarui: 24 Februari 2023   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukman Hakim (sumber: detik.com)


Di Jepang, pimpinan yang merasa gagal tidak hanya mengundurkan diri, tetapi juga disusul dengan harakiri atau bunuh diri, sebagai ungkapan rasa malu. Memang ketidak berhasilan tidak harus diselesaikan dengan bunuh diri.

Idealnya seorang pemimpin terpilih dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dan bekerja secara harmonis  dengan mitra kerjanya. Seperti seorang wakil Bupati hendaknya dapat mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk kepentingan daerahnya srta untuk kesejahteraan warganya. Lucky Hakim, wakil Bupati Indramayu baru-baru ini mengundurkan diri, dan menjadi.berita viral. Alasannya karena tidak mau menerima gaji dari uang rakyat padahal dia merasa belum memberikan apa-apa.

Uniknya, Bupati dan partai pengusungnya tidak pernah diajak berkooordinasi. Sebaiknya, karena jabatan wakil Bupati diusung oleh partai, maka sebaiknya sebelum memutuskan mengundurkan diri dapat melakukan koordinasi terlebih dulu dengan partai pendukung, agar mengetahui duduk masalahnya, dan melakukan penyelesaian masalah. Hampir dipastikan pasti ada masalah hingga seseorang mengundurkan diri dari jabatannya.

Karena seorang wakil Bupati bersama Bupati merupakan sepasang pimpinan yang diusung partai. Bekerja sama membuat rencana dan berupaya memenangkan Pilkada. Bila wakil Bupati merasa belum melakukan pekerjaan yang berarti, artinya pembagian tugas antara Bupati dan wakil Bupati yang telah direncanakan tidak berjalan dengan baik. Karena keduanya diusung oleh partai pendukung, hendaknya setiap masalah diselesaikan bersama partai pendukung.

Bila secara sepihak mengundurkan diri tanpa koordinasi, seolah ingin menunjukkan ada sesuatu yang tidak disetujui dilakukan, tetapi tidak berusaha menyelesaikan terlebih dulu dengan sebaik-baiknya secara musyawarah. Sikap frontal ini dapat terkesan kurang baik dan kekanak-kanakan serta egois. Mungkin tindakan yang tidak disetujuinya tidak diketahui atau dirasakan oleh pihak lain.

Terlepas layak tidaknya alasan mengundurkan diri tadi, namun tindakan berani mengundurkan diri adalah tindakan yang patut dipuji. Selama ini kebanyakan pejabat, enggan mengundurkan diri, walaupun sudah banyak menerima kritik  Keberanian melakukan pengunduran diri adalah langkah maju di Indonesia, artinya seorang pejabat setelah menjabat tidak keenakan duduk tanpa memikirkan mampu berbuat banyak untuk daerahnya atau warganya.

Memang sikap berani mengundurkan diri ini suatu tindakan yang jantan namun belum pasti benar, bila seseorang belum mampu berbuat banyak bagi warganya, khususnya memuaskan warga pemilihnya. Tetapi karena dipilih oleh partai pendukung, sebaiknya melakukan koordinasi terlebih dulu, agar ada pihak ketiga yang melihat dengan bijak masalah yang dirasakan kurang harmonis. 

Memang pejabat yang berasal dari dua partai yang berbeda tidak mudah menyelaraskan visi dan misi partainya, karena keduanya mengemban tugas dari partainya masing-masing. Namun jangan lupa, seorang pejabat setelah menjabat harus lebur untuk dapat mengayomi semua pihak, baik pemilihnya maupun yang tidak memilihnya.

Mari kita amati terus dan kawal jalannya demokrasi di negeri tercinta ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline