Anda tentu penasaran saat membaca judul novel yang ditulis oleh Iswadi Suhari, "Cintaku Setengah Agama". Apakah Anda sudah membaca novel tersebut?
Karena penasaran, guna menyemarakkan bulan kasih sayang, Ketapels, komunitas Kompasianers yang berdomisili di area Tangerang Selatan Plus lalu berkolaborasi dengan Ladiesiana, komunitas Kompasianers Wanita mengadakan bedah buku tentang di balik layar (behind the screen) pembuatan novel "Cintaku Setengah Agama" dengan nara sumber penulisnya langsung, Iswadi Suhari.
Acara ini dihelat Minggu 19 Februari 2023 di rumah kediaman penulisnya di Duta Bintaro, Tangerang Selatan. Selain acara ini, Ketapels bulan ini uga mengadakan lomba Instagram mengenai cinta.
Ishwadi yang semula berkarier sebagai pegawai negeri di BPS selama 20 tahun lebih sehingga sarjana S1 statistik dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ini berhasil mencapai jabatan sebagai Kasubdit. Selama berkarier juga sempat meraih gelar S2 di bidang Natural Science di Brisbane Australia pada 2006 namun belum berhasil menyelesaikan pendidikan doktornya, meski sudah sering disapa pak Doktor oleh rekan-rekan yang sering dibantunya.
Suatu hari, Iswadi ketemu penulis Asma Nadia, dari bincang-bincang dengan penulis ini mendapat pencerahan bahwa seorang manusia harus mampu menghasillkan sebuah buku sebagai legacy.
Iswadi merasa tertantang, sebagai pembuktian diri seseorang harus menunjukkan kemampuannya. Apalagi sejak SMA, Iswadi memang sudah senang menulis. Karena baginya, menulis itu dapat bermanfaat bagi orang lain. Bila dilakukan secara verbal, hanya sedikit orang yang mendengar, tetapi kalau menulis bisa lebih banyak dibaca orang. Menulis tampaknya iseng, namun dapat membantu orang lain. Contohnya, tulisannya sempat dikutip beberapa mahasiswa untuk materi skripsinya, bangga khan mampu membantu orang menjadi sarjana.
Iswadi juga rajin menulis di koran cetak Jakarta Post. Sebagian novelnya mulai ditulis di Kompasiana berupa cerita bersambung, dan pernah sempat hilang saat Kompasiana pindah sistem.
Niat mulia ini menjadi modal utamanya dalam menulis, asalkan dilakukan secara konsiaten. Baginya lebih baik menulis jelek asal selesai, daripada menulis baik tetapi tidak selesai.
Karena Iswadi sudah pernah menulis buku dengan judul "Cara Gampang Cari Uang dengan Menulis Opini" yang diterbitkan oleh penerbit Elex Media. Karena itu proyek ambisiusnya dirubah menjadi harus menulis satu novel sebelum mati.
Uniknya, Iswadi selalu memiliki mimpi bukunya dicetak penerbit mayor, dan bisa nampang di toko buku bergengsi seperti Gramrdia.