Bila biasanya wisata menggunakan bus atau mini bus, kini dikembangkan wisata baru dengan menggunakan kendaraan roda dua. Tentu syaratnya harus memiliki sepeda motor yang laik pakai, memiliki safety helmet dan memiliki SIM C yang masih berlaku. Bagi yang tidak bisa mengendarai sepeda motor, harus mencari mitra yang bersedia membonceng selama perjalanan dari awal hingga akhir.
Wisata kali ini mengeksplorasi Tiongkok Kecil atau kota Lasem di Jawa Tengah. Semua peserta berkumpul di rumah seorang bidan yang cukup terkenal di kota Lasem. Setelah semua peserta berkumpul, iring-iringan sepeda motor bergerak dengan kecepatan sedang, dengan syarat tidak boleh mengganggu pengguna lalu lintas lainnya.
Destinasi yang pertama dikunjungi adalah makam dinasti Han. Dimana disini terdapat obyek yang dikenal sebagai wot gandul (tanaman yang menggantung) dan rel cinta. Kemudian berlanjut ke rumah Oei Gin Nio, rumah bertembok tebal, jendela dan pintu kayu yang besar dengan arsitektur Tionghoa, lalu ke rumah yang pernah digunakan untuk pembuatan film layar lebar "Ca Bau Kan". Kemudian dilanjutkan ke rumah batik Pak Sigit.
Perjalanan bergerak lagi menuju Klenteng Gie Yong Bio, yang didekatnya terdapat reruntuhan rumah Tionghoa kuno. Klenteng berikutnya adalah Cu An Kiong. Sebuah Klenteng tertua di pulau Jawa.
Karena sudah mencapai tengah hari, rombongan beristirahat untuk makan siang berupa sego buntel dengan lauk pindang. Serta ngopi cantik ala desa agar tidak mengantuk di perjalanan.
Setelah selesai beristirahat, perjalanan dilanjutkan lagi dengan mengunjungi vihara Karunia di Lawang Ombo. Kemudian mengunjungi sentra batik khas Lasem yang memiliki warna cerah di Batik Sutra Oma Opa yang berupa rumah cagar budaya rumah tegel.
Acara ini berlangsung seharian penuh, dari jam tujuh pagi hingga sore hari. Melalui eksplorasi ini diharapkan peserta mendapatkan kenangan Indah tentang Pusaka Lasem.
Meskipun Lasem juga dikenal sebagai kota santri karena banyaknya pesantren di kota ini. Namun kita dapat mengekspkorasi bekas bangunan Tionghoa yang pernah ada di kota ini. Wisata dengan kendaraan roda dua memiliki kesan tersendiri, dapat blusukan yang mungkin tidak pernah dapat dikunjungi bila mengikuti wisata dengan kendaraan roda empat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H