Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Cinta pada Negeri Harus Terus Dipupuk

Diperbarui: 23 Agustus 2022   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta negeri (dokpri)

Bila peringatan Kemerdekaan dirayakan tiap tahun, tentu ada maknanya. Kita sebagai bangsa dapat metenungkan sedalam apa rasa kecintaan pada negeri dimana kita dilahirkan, dibesarkan dan tinggal hingga menua, bahkan mungkin akan dimakamkan di negeri ini pula. Rasa cinta pada negeri dapat diungkapkan dengan banyak cara. Tidak hanya dengan sekedar mengikuti upacara bendera, mengibarkan sang saja Merah Putih sebulan penuh, menghias rumah Dan gapura serta menonton film perjuangan.

Cara yang termudah adalah berpolitik. Kita harus peduli pada rakyat kecil, jadi perjuangkan selalu hak-hak rakyat kecil yang dilanggar atau terabaikan.

Bila kita tidak percaya diri untuk berpolitik, cara termudah adalah perhatikan lingkungan di sekitar kita, apakah generasi mudanya sudah memiliki etika yang benar. Etika dulu diajarkan di sekolah melalui pelajaran Budi Pekerti. Kini mata pelajaran ini sudah tidak ada lagi pada kurikulum di sekolah, jadi orang tua yang berkewajiban mengajarkan Budi Pekerti kepada anak-anaknya.

Setelah generasi muda mendapatkan pelajaran Budi Pekerti yang meliputi kejujuran, sopan santun, termasuk pula bela negara, maka generasi muda akan memiliki etika yang baik dan memiliki kesadaran untuk membela negaranya. Tidak harus maju ke medan perang seperti pada era menjelang Kemerdekaan, tetapi harus mengisi Kemerdekaan itu dengan sesuatu yang positif.

Saat ini tidak menjadi rahasia umum, bahwa narkotika, psikotropika dan barang terlarang (narkoba) begitu masif menyerang anak bangsa, baik artis, pelajar, mahasiswa, pekerja, bahkan hingga TNI / Polri, sehingga rela menjadi budak narkoba guna mendapatkan supplai untuk kebutuhan nya. 

Upaya yang dilakukan sangat miris, demi mendapatkan narkoba mereka rela melawan etika yang berlaku seperti mencuri hingga korupsi, merampok, menipu bahkan hingga menjual dirinya, sekedar untuk mendapatkan kepuasaan sesaat.  Kita bila mengetahui di lingkungan kita ada yang terkena narkoba, wajib mengingatkan bahkan melarangnya. Meski sulit, namun tidak boleh dibiarkan karena akan merusak syaraf dan mengancam  kehidupan generasi penerus.

Hal lain yang perlu diawasi adalah kejujuran, banyak orang yang lupa akan kejujuran, mengejar uang dan harta demi kekayaan, bahkan rela melakukan apapun demi mencapai keinginannya. Melupakan kejujuran akan menyebabkan seseorang berani melakukan pencurian kecil-kecilan hingga besar-besaran yang dikenal dengan korupsi. Harus ditegakkan hukum yang tegas,  agar orang yang tertangkap karena korupsi ketakutan dan tidak malah bangga melambaikan tangan dengan berseragam rompi oranye.

Masalah kronis lainnya adalah judi.  Kita sering lupa diri dan ingin melakukan sesuatu secara instan. Ingin kaya secara instan, lalu berjudi karena mengharapkan kemenangan yang cepat. Bahkan kalau tidak memiliki uang dengan berani berhutng untuk berjudi. Judi bisa taraf kecil-kecilan seperti main kartu hingga yang membuat kecanduan, yaitu game online. Tampaknya seperti permainan biasa, namun menggunakan uang sehingga menjadi kebiasaan buruk yang merusak jiwa. Orang yang keranjingan judi sering akan lupa diri. Dan terus menerus berjudi guna menebus kekalahannya, padahal ini adalah keniscayaan.

Guna mencintai negeri ini lebih dalam, berusahalah untuk membasmi penyakit masyarakat diatas, narkoba, korupsi dan judi. Dengan mengubah sikap generasi muda agar menghindari dan menjauhi ketiga hal diatas, diharapkan kita dapat makin mencintai negeri ini.

Caranya dengan terus mempuk rasa cinta terhadap negeri, dengan menjalankan etika yang benar pada kehidupan sehari-hari. hidup secara sederhana, berdasarkan keperluan bukan keinginan. Mengutamakan prinsip jangan lebih besar pasak daripada tiang, yang artinya pengeluaran jangan lebih besar daripada pendapatan 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline