Sore ini, Koteka, Komunitas traveler Kompasiana berkolaborasi dengan ClICK, komunitas Kompasianer pengguna Commuter Line, menyajikan sebuah webinar dengan tajuk "Cappadocia dan Suasana Lebaran di Turki". Narasumbernya, Muthiah Alhasany, Ketua CLICK dan dipandu oleh Ony Jamhari, Ketua Koteka.
Muthiah yang lahir di Yogyakarta ini menamatkan S1-nya di UNJ, serta aktif di kewartawanan dan pernah aktif pada sebuah partai politik. Saat ini tinggal di Depok.
Muthiah paling banyak menuliskan tentang Turki di Kompasiana, pengetahuannya mengenai Turki sangat dalam, karena dia pernah belajar Sufi pada tahun 2010-2011 dan harus menetap di Turki. Muthiah mempelajari Sufi di Konya, pada Institut Jalaludin Rumi. Tetapi homebasenya adalah Istanbul, jadi dia menjelajah Turki tetapi tetap kembali ke Istanbul. jarak Konya - Istanbul kira-kira 9 jam dengan bis. Dari Rumi yang dipelajari adalah tentang cinta dari Allah yang sifatnya universal, tidak ada benci sehingga memberi ketenangan hidup. Rumi sendiri sudah lama wafat, hanya ajarannya yang masih dipelajari banyak orang hingga sekarang.
Menurut Muthiah, bila orang Indonesia beranggapan bahwa Turki adalah negara Islam adalah salah. Hal ini karena rendahnya minat baca orang Indonesia. Orang Indonesia lebih kuat Islam-nya dibanding orang Turki.
Memang benar, Turki adalah negara Islam, ketika kerajaan Ottoman menguasai Turki. Sekarang Turki sudah menjadi Republik, dan merupakan negara sekuler.
Saat Turki menjadi Republik, ajaran Rumi banyak tergerus oleh paham sekulerisme, sehingga banyak yang disebut "Islam KTP".
Saat ini Turki menjadi destinasi wisata yang diminati. Terlebih sejak diputarnya film ,"In My Dream". Untuk pergi ke Turki bila langsung sekitar 8 jam, tetapi bila harus transit bisa sekitar 12 jam. Saat ini banyak biro perjalanan menawarkan program ke Turki karena bebas visa dan tidak perlu PCR.
Untuk mengeksplorasi Turki diperlukan minimal 12 hari. Tetapi sebaiknya pergi dengan tour karena lebih murah dan ada pemandu wisata mahasiswa Indonesia di Turki. Bila ingin bebas dan pergi sendiri kendala utama adalah bahasa, bila tidak menguasai bahasa Turki. Warga Turki yang bisa bahasa Inggris hanya di Istanbul, di luar Istanbul terpaksa menggunakan bahasa Tarzan (bahasa isyarat).
Turki sangat panas, khususnya pada bulan Agustus, bisa 40-60 derajat. Tetapi bila ingin naik balon udara disarankan pergi saat musim panas. Tetapi bila ingin melihat bunga tulip, pergilah saat musim semi (sekitar April). Bunga tulip banyak diekspor ke Eropa, termasuk Belanda.
Selain itu bila senang melihat peninggalan Bysantium, berupa kuil-kuil dewa-dewi. Jangan pergi ke Yunani, tetapi pergilah ke Turki. Salah satu yang terkenal adalah kuil Medusa, dewi berkepala ular.
Hati-hati bila ada orang yang berbaik hati nengambilkan foto, sesudahnya akan minta ditraktir minum di Cafe dan Anda kena ketok harganya.