Disamping fokus pada wisata, Koteka juga membahas kondisi dunia yang sedang trending. Pada sore ini Koteka, komunitas traveler Kompasiana dengan topik "Kondisi Pengungsi Ukraina di Polandia, dan Sekilas Poznan", mengundang Dr. Teija Gumilar yang saat ini bekerja sebagai dosen di Universitas Bygdoszcs dan tinggal di kota Poznan, sebuah kota kecil yang terletak diantara Berlin dan Warsawa.
Teija yang bekerja sebagai desainer ventilator untuk penderita Covid, pernah menjadi "Man of the Year" dalam disain kota yang ramah bagi difabel. Teija dengan keluarganya tinggal di Poznan yang jaraknya sekitar 30 Km dari Warsawa.
Asal muasal pria kelahiran Bandung ini menjadi diaspora di Polandia karena pada tahun 1997 bekerja di Jerman. Saat bertemu teman kerjanya yang tinggal di Polandia (yang berbatasan dengan Jerman), ia tertarik untuk mengunjungi Polandia. Ternyata Teija terpesona dengan kecantikan gadis-gadis Polandia, sehingga akhirnya berhasil mempersunting satu diantaranya sebagai isteri.
Saat Teija memutuskan untuk pindah ke Polandia, jumlah orang Indonesia hanya sekitar 50 orang, itupun kebanyakan staff KBRI. Orang Polandia kurang suka pada orang Asia karena dianggap memperkecil peluang mereka untuk bekerja, dan Teija berkilah dia tinggal di Polandia untuk kuliah.
Saat pandemi berjangkit di dunia, Polandia menerapkan peraturan yang ketat. Dilarang keluar rumah dan harus mengenakan masker. Ekonomi terpuruk dan banyak restoran yang tutup. Tingkat kasus juga berfluktuasi pernah menurun, juga pernah meningkat. Kini penduduk Polandia sudah mendapatkan 2x vaksinasi bahkan sentra-sentra vaksinasi sudah mulai dibongkar. Sekarang sekolah sudah tatap muka dan tidak perlu mengenakan masker saat bepergian.
Bendera Polandia berwarna putih merah, kebalikan dengan bendera Indonesia, artinya juga sama putih berarti suci dan merah berarti berani.
Menurut Teija yang terakhir pulang ke Indonesia tahun 2019 (biasa tiap tahun pulang), saat pandemi tidak bisa pulang; di Polandia banyak investor dari Inggris dan Jerman, sehingga pertumbuhan ekonomi berkembang baik, khususnya industri teknologi informasi (IT).
Saat datang ke Polandia masih terdapat 9% pengangguran, setiap kedatangan orang Asia selalu dicurigai. Kini justru Polandia sudah mendatangkan tenaga migran. Saat ini sudah ada 1000 orang Indonesia di Polandia, khususnya penduduk migran.
Walaupun pertama kali di Polandia pernah mengalami tindakan kekerasan di bis dan dilempar salju, berkat para mahasiswa Taiwan yang naik motor mewah dan sering makan di restoran mewah, maka penduduk mulai menghargai pendatang khususnya dari Asia.