Bertolak dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 19 Oktober kemarin, ada kutipan hadits yang paling banyak dibicarakan yaitu tentang ucapan Nabi Muhammad SAW mengenai siapa seorang muslim sejati, yakni "Yang terbaik di antara kamu adalah orang yang tidak menyakiti orang lain dengan lidah dan tangannya." Dan ucapan tersebut perlu kiranya kita renungkan kembali dalam keseharian kita bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi.
Diantara anggota tubuh manusia yang paling berbahaya adalah lidah, karena manusia berkomunikasi melalui kata-kata yang diucapkan. Kata-kata yang dikeluarkan oleh lidah biasanya sangat dipengaruhi oleh otak atau pikiran manusia. Otaklah yang mampu membuat manusia mengendalikan emosinya. Ada seorang manusia yang selalu cenderung marah-marah, padahal sudah dijelaskan dalam hadits itu bahwa muslim yang baik adalah yang tidak pernah menyakiti orang lain.
Brnatkah bahwa sifat pemarah adalah watak seseorang yang telah ada sejak lahir? Mari kita membuat percobaan melalui dua buah pertanyaan sederhana. Yang pertama, bila Anda memesan secangkir kopi, lalu saat menghidangkan, pramusaji secara tidak sengaja menumpahkan kopi itu dan membasahi baju Anda. Apakah Anda marah? Jawabnya ya, karena pramusaji itu telah bertindak ceroboh. Kemudian peran penumpah kopi diganti dari pramusaji ke seorang tentara berkumis tebal berbadan tegap dan memakai pakaian seragam. Karena terburu-buru tentara ini terpeleset kulit pisang menyenggol cangkir kopi Anda hingga air kopi membasahi baju Anda. Apakah Anda marah? Jawabnya tentu tidak, karena Anda segan dengan tentara bertubuh tdgap itu. Jadi kesimpulan dari percobaan ini, kemarahan bukanlah suatu sifat, melainkan sesuatu yang masih bisa dipertimbangkan untung ruginya. Karena Anda merasa berani terhadap si pramusaji sebaliknya Anda merasa takut atau segan dengan si tentara berseragam.
Bila demikian halnya, artinya Anda semestinya masih sanggup mengendalikan emosi Anda asalkan sebelum marah Anda bisa menahannya. Jadi bagi orang yang memiliki temperamen mudah marah, harus sanggup mengendalikan emosinya. Emosi mengontrol lidah sehingga tidak perlu marah-marah kepada pramusaji yzng mungkin dalam kondisi kurang sehat sehingga secara tidak sengaja menumpahkan kopi pada baju Anda. Bila Anda sanggup mengendalikan lidah Anda maka Anda akan menaati sabda Nabi agar sanggup menjaga lidah.
Sekarang era digital, komunikasi selain melalui lisan juga sering melalui tulisan / gambar / video yang disebarkan melalui sosial media. Jagalah tanganmu, jagalah jemarimu. Anda harus sanggup mengendalikan jejari Anda dengan mengendalikan tangan Anda. Jangan menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak bermanfaat atau mengandung konotasi kebencian maupun informasi tidak benar yang dikenal dengan istilah hoaks. Jangan mengunggah konten yang mengandung kebencian dan informasi hoaks. Ingatah, selain jaga lidahmu juga jaga tanganmu.
Anda harus sanggup menimbang perasaan orang lain sebelum mengucap atau bertindak sesuatu. Kendalikan selalu emosi sehingga mampu menahan kecenderungan untuk menyakiti orang lain.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah berpesan bahwa "di antara kebaikan kadar ke Islaman seseorang ialah bila ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya." Bahkan, indikator keimanan pun ditera melalui ucapan dan tutur kata yang memadukan antara nalar yang waras dan nurani yang sehat.
Selamat merayakan Maulid Nabi bagi Anda yang merayakannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H