Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

NKRI Harga Mati

Diperbarui: 6 Agustus 2021   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendera (sumber: kompas.com)

Sejak Pemerintah mengeluarkan pengumuman agar warga memasang bendera Merah Putih satu tiang penuh selama bulan Agustus dari tanggal 1 hingga 31 Agustus. Himbauan dari pejabat RT / RW juga ikut mengingatkan warga yang belum mematuhinya.

Ya bulan Agustus adalah bulan keramat bagi warga negara Indonesia, karena pada 76 tahun lalu atau tepatnya 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan RI telah dibacakan di Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat. Meski tahun ini Indonesia dan seluruh penduduk dunia, masih dicekam pandemi Covid-19, namun momen bersejarah bagi bangsa Indonesia tetap perlu diperingati.

Meski rakyat Indonesia belum semuanya merdeka secara ekonomi, apalagi setelah dicekik pandemi dengan adanya peraturan PSBB maupun PPKM, yang sangat memperlemah sisi perekonomian rakyat, khususnya di sektor informal. Yang harus bekerja di lapangan tiap hari dan tidak mengenal WFH, karena tidak keluar rumah, artinya tidak ada pemasukan dan dapur terancam tidak ngebul.

Tapi saya melihat semangat kewira swastaan dari beberapa warga desa yang sengaja pergi ke kota untuk mengadu nasib. Mereka melihat peluang yang terbuka pada bulan Agustus untuk berjualan bendera. Adalah, Asep, warga Jawa Barat yang mendirikan gerai sementara di dekat perumahan saya di Tangerang Selatan. Saya hitung sekurangnya ada empat orang seperti Asep yang juga berjibaku dengan nasibnya berjualan bendera sejak awal Agustus lalu. Di kompleks perumahan lain juga ada orang-orang melihat peluang ini.

Setelah mendirikan gerai sementara, Asep mulai memajang barang dagangannya, berupa bendera merah putih, calon pelanggannya adalah pemilik rumah yang kesulitan menemukan tempat penyimpanan bendera, yang mungkin terselip di sudut rumah, karena asisten rumah tangga yang lama sudah mengundurkan diri, dan asisten rumah tangga yang baru tidak mengetahui dimana bendera disimpan. Daripada susah mencarinya, si empunya rumah pasti membeli bendera baru. Selain bendera, Asep juga menjual pajangan atau hiasan kantor / rumah / pemukiman,  umbul-umbul dan bendera kecil untuk dipasang di mobil atau sepeda motor, serta tiang bendera.

Yang menarik, Asep nekad ke kota tanpa memiliki sanak saudara, agar dapat menginap selama berdagang di kota, Asep hanya menumpang tidur di masjid kompleks. Kalau Asep mendirikan gerai sementara, ada lagi Zai yang memiliki ide moncer. Zai menyewa gerobak dan meletakkan dagangannya disekitar gerobak, lalu mendorong gerobaknya masuk keluar kompleks perumahan. Jadi Zai menjemput bola, seperti yang dilakukan beberapa pedagang keliling roti, ikan, sayur maupun perabotan rumah.

Uniknya, Asep sangat update dengan meme-meme yang beredar di sosial media. Ketika ada calon pembeli yang mencoba menawar harga bendera yang ditawarkannya, Asep menjawab dengan taktis "NKRI harga mati, mas !"

Wira swastawan seperti Asep selalu pandai membaca dan melihat peluang, Asep bercerita bahwa bulan Ramadan lalu dia juga ke kota untuk berjualan bungkus ketupat, dan rencananya akhir tahun 2021 Asep akan ke kota lagi untuk berjualan terompet Tahun Baru, semoga saja pandemi sudah berakhir. Kalau tidak, terompetnya bisa mubazir.

Perjuangan rakyat kecil seperti Asep sangat perlu diapresiasi. Mereka benar-benar berwira swasta tanpa peduli dengan politik yang sedang ribut menyongsong tahun 2024. Mereka hanya perlu mendapatkan pemasukan, agar dapur di rumahnya dapat berasap dan anak isterinya dapat makan secukupnya. Merdeka!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline