Kawasan Borobudur, Magelang, dari kejauhan selain gunung Merapi yang menjulang tinggi, juga tampak tumpukan batu hitam raksasa berbentuk stupa yang dingin.
Tumpukan batu ini dikenal dengan nama Candi Borobudur. Dan dikenal di seluruh dunia sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang berada di Indonesia. Selain itu Candi Borobudur juga dikenal sebagai candi Budha terbesar di dunia. Wonderful Indonesia!
Tahukah Anda bahwa pada Candi Borobudur terdapat 200 relief alat musik yang terdapat pada 40 panel dan melukiskan 60 jenis alat musik baik petik, tiup, pukul dan membran.
Pada relief candi Borobudur yang disebut relief Karmawibhangga, Lalitavistara, Wadariajtaka dan Gandawiyuha terdapat ukiran alat-alat musik, seperti suling, simbal, flute, ghanta, cangka (terompet dari siput), saran dan gendang. Kalaupun tidak pernah diadakan konser atau pertunjukan musik, pastilah alat-alat musik itu pernah dimainkan untuk mengiringi upacara ritual keagamaan pada eranya.
Melihat banyaknya ukiran alat musik pada relief Candi Borobudur yang dibangun pada abad ke 8 atau sekitar tahun 750 oleh Samaratungga dari dinasti Syailendra mengindikasikan bahwa kawasan Candi Borudur pada saat itu diduga pernah menjadi pusat seni dunia.
Mengacu pada banyaknya ragam alat musik kuno yang terdapat pada panel relief Karmawibhangga tergambar beberapa orang memainkan alat musik yang khas. Alat musik berdawai dan dipetik dengan jari.
Juga ada alat musik tiup. Maka, tiga musisi kondang nasional yaitu Purwatjaraka, Trie Utami dan Dewa Budjana menggagas proyek "gila" untuk mereplikasi semua alat musik yang terukir pada relief candi untuk dimainkan kembali.
Setelah melalui riset panjang, alat musik yang ada pada relief candi itu berhasil dibuat, berbunyi dan bisa disajikan dalam sebuah orkestra.
Tentunya alat musik kuno ini akan dibuatkan komposisi musik sesuai era saat ini. Bunyi interpretasi suara saat ini mungkin berbeda dengan suara pada abad ke 8, karena peradaban budaya masa lalu tak mungkin diulang