Lihat ke Halaman Asli

Sutiono Gunadi

TERVERIFIKASI

Blogger

Apa Itu "Voluntourism"?

Diperbarui: 1 Mei 2021   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Voluntourism (sumber : expatoftheworld.com)

Apa itu "voluntourism"? Topik ini yang menjadi.pokok bahasan pada Koteka Talks 33 yang diadakan pada Sabtu 1 Mei 2021 oleh komunitas wisata Kompasiana (Koteka). Dengan mengambil topik "Wonderful Indonesia: Tren Voluntourism di Lombok 2021", Koteka menampilkan dua nara sumber, yakni Kadek Yogiani, pendiri Antik Corp, kue dan minuman coklat dan bermacam produk UMKM dari warga sekitar Lombok dan Noor Ain Hussin, perintis voluntourism bersama Chili House, banyak melakukan kegiatan bersama warga lokal khususnya anak-anak. Sebagai moderator dipercayakan pada Muslifa Asiani, ketua Koteka.

Muslifa (dok: Koteka)

Sebenarnya "voluntourim" sudah lama berkembang di Eropa, berasal dari gabungan dua kata "volunteer" dan "tourism".  Tren wisata baru di Indonesia ini dipandang  potensial mendukung pengembangan wisata. Wisatawan tidak sekedar datang namun juga memberikan konstribusi bagi destinasi wisata yang dikunjungi. Sembari menjadi wisatawan juga mengikuti kegiatan kerelawanan bersama masyarakat. Tren wisata voluntourism yang disinyalir Kemenkraf akan memiliki prospek cerah di masa mendatang.

Yogiani (dok: Koteka)

Sebagai nara sumber pertama Kadek Yogiani, wanita asal Bali yang memiliki banyak pengalaman sebagai marketing di bisnis perhotelan di Gili Trawangan, Lombok Utara, menyampaikan bahwa "voluntourism" adalah merupakan cara berwisata dengan biaya rendah, namun tetap dapat menikmati destinasi wisata. Biaya rendah karena mendapat makan dan tempat penginapan gratis di.lokasi wisata.

Ibu dua anak ini terpaksa pulang ke Bali sehubungan terpuruknya sektor pariwisata gegara pandemi, menjelaskan salah satu kegiatan "voluntourism" adalah membersihkan pantai, donasi buku untuk anak-anak, membantu pengemvangan desa wisata dengan menyajikan makan malam bersama secara sederhana, namun memperlihatkan suasana kedaerahan. Para wisatawan yang menjadi volunteer masih bisa jalan-jalan namun dapat membantu penduduk lokal

Ain (dok: Koteka)

Sebagai nara sumber kedua adalah Noor Ain Hussin, wanita bertatoo dan berkaca mata asal Malaysia ini tampil dengan rambut warna  kuning, seharusnya dari Gili Air harus terbang ke Frankfurt, Jerman namun karena pandemi terdampar di Gili Air dan bertemu Kadek. Ain mendirikan Chili House pertama kali di Gili Air. Chili dari asal kata "Lombok", saat ini dikembangkan di Gili Air dan Gili Trawangan guna membantu sumber daya manusia di Indonesia. Kegiatan Chili House diantaranya kelas memasak, berkebun, mengajar anak-anak hidup sederhana, dengan menggunakan materi sederhana atau daur ulang, kalau ada volunteer orang asing mengajar bahasa Inggris dan lain-lain.

Mimpi Ain ingin membuka Chili House di seluruh Indonesia dengan sistem waralaba tapi tanpa biaya, maksudnya Ain melatih volunteer di Gili Air, untuk mempelajari sistemnya. Setelah mampu mandiri kembali ke daerahnya dan mengembangkan kegiatan serupa Chili House di daerahnya.

Menurut Ain, kendala terbesarnya adalah mental anak-anak karena bersifat heterogen, tidak khusus anak kekurangan, namun  bisa juga anak-anak yang tidak mendapat perhatian orangtuanya karena tinggal dengan neneknya, siapapun anak-anak dari kalangan manapun boleh bergabung di Chili House tanpa biaya bahkan disediakan alat tulis dan lain-lain.

Semua biaya masih menjadi tanggungan pribadi Ain karena belum ada sponsor dan belum ada waktu untuk menyusun proposal ke aliansi internasional, bisa mengunggah kegiatannya saja sudah bagus, meski kini situsnya dan Instagramnya sedang diperbaiki.
Dengan jujur Ain mengakui belum mampu menggaji guru. Dengan voluntourism alias liburan sambil bekerja bakti misal membersihkan pura akan memberikan kepuasan tersendiri.

Awal terbentuknya Chili House, menurut cerita Ain yang semula pribadi yang selalu memakai produk bermerek berubah bersedia hidup sederhana, misal tanpa make up dan berbusana bermerek. Namun membuatnya merasa bahagia. Untuk menjadi volunteer tidak ada syarat khusus, yang penting harus mau bekerja minimal 7 hari dengan mendapat penginapan dan makan gratis.

Kebanyakan berasal dari mahasiswa yang penting suka dengan anak-anak dan suka mengajar.
Kegiatannya diantaranya membuat souvenir untuk wisatawan yang datang dari bahan daur ulang lalu dijual, keuntungannya untuk membiayai Chili House. Misal tas, sabun, minyak kelapa, dan lain-lain. Dengan mengunjungi desa wisata, para wisatawan memberi donasi dengan cara membeli souvenir, seperti tenun, kopi, dll.
Merasa geli sering dipanggil tante atau bibi oleh anak-anak, namun meski hidup sederhana Ain merasa bahagia. Hidup tanpa make up juga tak tak jadi masalah baginya.

Anda tertarik mengadopsi ide voluntourim ala Ain? Silakan berguru pada Ain di Gili Air.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline